REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta - Layang-layang adalah permainan yang sampai saat ini masih diingat oleh masyarakat Indonesia. Tetapi, di bandingkan jaman dulu, layang-layang sudah jarang dimainkan oleh banyak anak-anak di Indonesia, karena teknologi yang sudah semakin berkembang.
Anak-anak dibiasakan untuk hidup dengan teknologi seperti gadget. Untuk tidak menghilangkan mainan yang satu ini, Endang Ernawati membuka sebuah museum layang-layang, namun tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk semua kalangan.
Pada tahun 1970 an, Endang Ernawati pertama kali membeli layang layang dari Amerika Serikat, mulai saat itu ia jatuh hati pada permainan tersebut. Karena menurutnya layangan sangatlah indah ketika terbang di udara dan mulai pada saat itulah ia mengkoleksinya.
Seiring dengan hobinya yang makin berkembang, maka pada tahun 1988 beliau mendirikan Merindo Kites & Gallery, adapun maksud didirikan nya gallery ini bertujuan untuk membentuk wadah para pelayang yang sering mengadakan festival layang-layang, baik di tingkat nasional maupun skala internasional. Festival layang-layang Internasional pertama kali diselenggarakan pada tahun 1993 di Bumi Serpong Damai, Tangerang.
Walaupun sudah mendirikan wadah bagi para pelayang, Endang masih merasa perlu mengembangkan hobinya itu agar layang-layang sebagai permainan tradisional tidak hilang dari kebudayaan Indonesia, maka ia membeli sebidang tanah di dekat orang tua nya untuk dijadikan museum layang-layang.
Dan tepat tanggal 21 Maret 2003, berdirilah Museum Layang Layang Indonesia, yang terletak di Jl H Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Ide ini menggugah para pelayang Indonesia untuk memberikan sumbangan berupa layang-layang yang mereka buat. Hingga kini jumlah koleksi layang-layang yang terdapat di museum kurang lebih 600 layang-layang.
Terdapat beberapa layang-layang di museum ini. Yang pertama adalah layang-layang tradisional. Salah satu kriteria dari layang-layang ini adalah harus mengeluarkan bunyi saat diterbangkan. Jadi layang-layang dibuat sedemikian rupa dengan berbagai bahan dan desain lekat dengan budaya asli suku/adat tertentu.
Yang kedua adalah layang-layang kreasi Ini bisa dibilang layang–layang modern, bisa berbentuk 2D atau 3D. Yang ketiga adalah layang-layang olahraga. Salah satu kriteria dari layang-layang ini adalah komposisi ukuran dan bentuknya harus simetris. Dan yang terakhir adalah layang-layang yang berasal dari mancanegara.