REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perkembangan teknologi informasi berwujud ponsel, sinyal internet dan lainnya sangat berpengaruh terhadap geliat industri wisata. Apa pasal, kebutuhan akses data tersebut akan menentukan kebijakan apa yang pas untuk pengembangan pariwisata.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan, melalui data tersebut akan diketahui sebenarnya apa yang dibutuhkan wisatawan, seperti tema wisata apa yang dipilih.
"Lalu semua itu dimatrik, digabungkan, dibaca dan disusun oleh Komputer. Dari situlah kita akan menentukan kebijakan apa saja? Yang pas dengan kebiasaan wisman tersebut? Yang sangat personal? Bahkan bisa langsung di-blast ke masing-masing email dan akun pribadi mereka? Bisa diposting sesuai selera mereka,” papar lulusan Elektro ITB Bandung itu.
Melalui data ini, Arief optimistis, kebutuhan wisatawan akan jelas terlihat. Dengan begitu, akan lebih mudah membuat event yang akan menjadi kail wisatawan.
"Tahun 2016, penggunakan big data seperti ini akan menjadi andalan marketing dan promosi pariwisata kita. Jadi semakin digital, akan semakin personal. Semakin personal, semakin efektif menyentuh hati,” jelas Arief yang juga lulusan Surrey University, Inggris itu, dalam keterangan tertulis yang diterima ROL, Selasa (3/11).
Saar ini, telah terbangun kerjasama marketing dengan Google, Trip Advisor, Ogilvy, dan banyak provider lain yang punya reputasi, data dan network kuat di level internasional. Data-data dari mereka bisa jadi berbeda dengan yang dimiliki oleh BPS maupun Kementerian sendiri.
“Makin kuat data-data itu, akan semakin presisi strategi yang dilakukan untuk promosi dan pengembangan pasar dalam negeri,” ungkapnya.
"Digital itu akan mengubah cara dan sikap kerja, akan mengubah disiplin kerja, juga akan mengubah cara berpikir orang. Intinya satu, semakin digital semakin personal dan semakin profesional,” lagi-lagi ungkap Menpar di arena WTM London 2015 itu.
Dia mencontohkan di Dockland, Excel London, tempat World Travel Market 2015 digelar itu adalah arena sales mission. Tempat para pelaku bisnis dan industri pariwisata bertemu, bertatap muka, berjualan paket dan membangun mitra bisnis.
"Porsi untuk sales itu adalah 20 persen dari strategi alokasi anggaran promosi. Sisanya, 50 persen branding, dan 30 persen advertising," kata dia.