REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan sebuah penelitian, jika menginginkan pernikahan yang harmonis, mengungkapkan rasa terima kasih kepada pasangan mungkin adalah cara terbaik.
Menurut para peneliti di University of Georgia, mengatakan "terima kasih" dan menunjukkan penghargaan, dapat menjadi penghalang terjadi nya perceraian yang efektif, serta akan menentukan seberapa besar komitmen pasangan dalam hubungan mereka.
Perasaan bersyukur juga bisa menangkal terjadi nya konflik dan pengalaman negatif yang tidak diinginkan, kata para peneliti.
"Studi ini menunjukkan kepada pasangan tentang kekuatan ucapan 'terima kasih'," kata Allen Barton, penulis utama penelitian dari Pusat Penelitian Universitas Georgia untuk Penelitian Keluarga, dalam jurnal Personal Relationships.
Ditambahkan oleh dia, bahkan jika pasangan mengalami kesusahan dan kesulitan, ucapan tersebut dapat mengurangi tekanan dan membuat mereka merasa diperhatikan, dilansir dalam laman Independent Sabtu (31/10).
Misalnya, mengucapkan terima kasih saat pasangan mau membantu pekerjaan rumah tangga, atau ketika mereka dengan sukarela membuatkan minuman favorit.
Kepedualian pada pasangan yang diungkapkan lewat hal-hal kecil, memang berdampak positif pada kehidupan percintaan. Studi ini mengajukan beberapa pertanyaan kepada sekitar 468 orang yang telah menikah tentang kesejahteraan keuangan, apakah mereka tipe 'penuntut' atau 'tidak peduli' dalam mengekspresikan rasa peduli kepada pasangan.
Rasa syukur, diukur lewat seberapa dihargai seseorang oleh pasangan mereka. Hal ini ternyata merupakan alat prediksi paling konsisten untuk menilai kualitas pernikahan. Mengatakan 'terima kasih' dan sikap menghargai juga bisa memperbaiki siklus komunikasi yang buruk ketika pasangan sedang tertekan.
"Kami menemukan, bahwa ketika pasangan sedang mengalami konflik, ungkapan terima kasih dan penghargaan bisa menangkal atau mencegah efek negatif ketidakstabilan pernikahan. Studi ini penting, sebab menyoroti cara praktis yang membantu pasangan memperkuat hubungan mereka, terutama jika mereka tengah berada dalam konflik," kata rekan penulis Ted Futris dari College of Family and Consumer Science.