REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan fasilitas yang ramah terhadap wisatawan muslim penting untuk mendongkrak promosi wisata halal Indonesia.
"Kita harus punya fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi muslim traveler," kata Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Sapta Nirwandar kepada Republika, Selasa (27/10).
Sapta menjelaskan, bagi wisatawan Muslim hal yang paling sensitif adalah makanan dan minuman. Menurut Sapta, destinasi wisata halal harus menyediakan restoran yang menjajakan makanan dan minuman halal.
Selain itu, diperlukan juga fasilitas yang memudahkan Muslim dalam menjalankan ibadah seperti memberi petunjuk arah kiblat, tempat wudhu, dan tempat shalat.
"Apalagi kalau bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan elemen yang berkaitan dengan kemaksiatan. Itu bagian penting yang harus dipersiapkan," ujarnya.
Ia mengaku, pemerintah saat ini memberikan perhatian dan dukungan terhadap wisata halal. Meski begitu, ujarnya, dukungan itu perlu disambut oleh pemerintah daerah. Pemerintah sudah menetapkan 13 destinasi wisata halal. Sapta menyebut, tiga provinsi telah menjadi contoh yang baik yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat.
Sapta mengaku, dukungan masyarakat dan pihak swasta juga diperlukan untuk mengembangkan wisata halal. Ia mengatakan, potensi wisatawan domestik Indonesia sudah cukup besar. Ia menilai, wisata halal menawarkan peluang bisnis yang bagus.
"Dunia industri harus melihat ini sebagai peluang bisnis karena market nya luas. (Wisata halal) tidak hanya untuk Indonesia tapi juga Muslim traveler di seluruh dunia," katanya.
Pemerintah, kata Sapta, akan melakukan kerja sama dengan Malaysia yang telah lebih dulu berpihak pada wisata halal.
"Kita akan bekerja sama untuk mengembangkan paket-paket wisata halal," kata Sapta.