REPUBLIKA.CO.ID, Malam minggu lalu (24/10) seratus orang duduk berjejer di Taman Sanken di Museum Nasional Jakarta. Mereka asyik menikmati santapan makan malam dalam rangkaian acara Jalur Rempah.
Sebanyak lima jenis makanan berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara, racikan juru masak Rahung Nasution tersaji untuk para tamu. "Batak merupakan salah satu jalur rempah di masa lampau," ujar Rahung, kepada Republika.co.id.
Acara makan malam tersebut berjuluk “Horja Mangupa-Upa”. “Horja” dalam bahasa Indonesia berarti pesta, sedangkan “Mangupa-upa” merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap sesuatu, baik berterima kasih terhadap kehidupan, kepada leluhur, dan kepada Tuhan yang maha kuasa.
“Horja itu pesta, kalau tradisi orang Melayu atau Minang ada kenduri, atau orang Bali menyebutnya bagibung, atau orang Lombok bilang magibung,” ungkap lelaki yang sudah mulai memasak sejak usia 14 tahun tersebut.
Dalam suku Batak “Horja” merupakan pesta perkawinan, kematian, atau pesta saat ada orang yang melahirkan. Saat ada anak yang baru mulai bersekolah atau baru menikah, kata Rahung, orang Batak juga akan mengungkapkan rasa syukur yang disebut dengan “Mangupa-upa” itu.
Lima masakan yang tersaji adalah Anyang, Naniura, Arsik dan Saksang, serta hidangan penutup Laped.