REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisatawan Cina masih menjadi pasar utama Indonesia karena kenaikan kunjungan yang cukup signifikan setiap tahun dan tingkat pertumbuhan mereka ke pelbagai negara cukup tinggi.
"Cina masih menjadi sasaran utama promosi karena potensinya sangat besar dengan pertumbuhan wisatawan ke luar mencapai 11 persen per tahun, bahkan yang ke Indonesia pertumbuhannya sampai 20 persen," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana di Cirebon, Sabtu (24/10).
Ia menjelaskan, dari periode Januari sampai Agustus pada tahun 2015 tercatat ada 779 ribu wisatawan Cina ke Indonesia atau naik 20 persen dibanding periode sama tahun 2014.
Terkait dengan perilaku buruk Cina yang banyak dilontarkan sejumlah pelaku wisata, Pitana menjelaskan, belum tentu semuanya benar karena banyak juga catatan-catatan serupa yang ditujukan ke wisatawan Timur Tengah dan India, bahkan juga ditujukan ke wisatawan lokal.
"Harus diwaspadai itu merupakan upaya untuk melemahkan tren kenaikan kunjungan wisatawan Cina," katanya pada acara Sosialisasi Pemasaran Pariwisata Mancanegara kepada media nasional.
Sementara Budi Harjanti dari Asdep Strategi Pemasaran Kementerian Pariwisata menjelaskan, terjadi tren baru tujuan wisatawan Cina yang selama ini hanya wisata belanja menjadi wisata diving dan adventure yang pangsanya adalah wisatawan kelas menengah atas.
"Ada 35 persen, wisatawan Cina itu kelas menengah atas dan ini sudah berlangsung beberapa tahun," katanya.
Ia mengimbau, iklim usaha di Bali harus sudah bebenah lebih baik karena dulu banyak biro perjalanan yang belum menyiapkan tenaga yang mampu berbahasa Cina.
"Memang bahasa menjadi kendala dari wisatawan Cina mengetahui lebih banyak informasi tentang Destinasi sehingga ke depan harus lebih banyak lagi dicetak pemandu wisata yang mampu berbahasa mandarin," katanya.
Demikian juga untuk pemandu berbahasa Jepang dan Korea masih belum tersedia banyak di sejumlah Destinasi.
Selain wisatawan Cina menurut Budi, Indonesia juga perlu menggarap pasar India yang trendnya naik secara stabil.
"Kita jangan terpengaruh dengan kampanye bahwa wisatawan Cina dan India itu rewel, karena diduga itu hanya strategi agar mempengaruhi pelaku wisata kita, padahal dua negara itu potensial," katanya.
Ia menjelaskan, wisatawan Cina memang suka berbicara dengan suara keras dan terus berusaha mendapat penjelasan yang memuaskan atas segala sesuatunya.
"Tetapi itu adalah karakter mereka dan itu adalah tantangan kita agar bisa melayani dengan sabar," katanya.