Jumat 16 Oct 2015 06:28 WIB

Opak Cimanggung, Camilan Bangsawan Sumedang

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indira Rezkisari
Opak Cimanggung berbeda, menggunakan beras  ketan yang benar-benar dipilih dengan baik, tidak bercampur dengan beras biasa. Tumbukan berasnya pun sangat halus.
Foto: dok Republika
Opak Cimanggung berbeda, menggunakan beras ketan yang benar-benar dipilih dengan baik, tidak bercampur dengan beras biasa. Tumbukan berasnya pun sangat halus.

REPUBLIKA.CO.ID, Jika melewati Jalan Raya Cicalengka-Nagreg, di perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang, Anda akan melihat toko-toko berjejer di pinggir jalan, menjajakan berbagai camilan tradisional. Salah satu makanan khas yang bisa Anda jumpai di sana adalah opak ketan cimanggung.

Dikisahkan, makanan berasa gurih ini dulunya pernah menjadi penganan favorit raja atau pun para pangeran di Sumedang (saat itu masih bernama kerajaan Sumedang Larang). Opak yang biasa disajikan di istana tersebut bahkan sengaja dipesan dari daerah Cimanggung.

Opak cimanggung dibuat dari beras ketan yang ditanak, lalu ditumbuk sampai halus kemudian diberi air santan kelapa. “Perbandingan antara beras dan air santan adalah satu banding satu,”  kata salah satu pengusaha opak cimanggung, Ahmad Saepullah. Artinya, terang dia, untuk satu liter beras ketan membutuhkan satu buah kelapa.

Menurut Ahmad, beda opak cimanggung dengan opak di daerah-daerah lain terletak pada kualitas bahan yang digunakan. Opak cimanggung, kata dia, menggunakan beras  ketan yang benar-benar dipilih dengan baik, tidak bercampur dengan beras biasa. Tumbukan berasnya pun sangat halus.

Sementara, opak di daerah lain tumbukan berasanya masih kasar. “Kebanyakan opak di daerah lain juga tidak memakai santan, hanya kelapa parut” imbuh Ahmad.

Kendati daerah asalnya, Cimanggung, adalah bagian dari Kabupaten Sumedang, opak cimanggung justru mudah dijumpai di toko-toko dan pinggiran Jalan Raya Cicalengka-Nagreg (Kabupaten Bandung). Makanan ini juga dapat ditemukan di kawasan Terminal Leuwi Panjang dan Pasar Kosambi, Kota Bandung.

Biasanya pembelinya adalah para pengguna jalan menuju atau dari arah Garut. Selain itu, opak cimanggung juga sering dipesan untuk berbagai acara hajatan. Ada beberapa tahap dalam membuat opak. Pertama, beras ketan dipilih agar tidak ada yang bercampur dengan beras lain. Beras ketan lalu dicuci, kemudian dibuat nasi dan langsung ditumbuk.

“Setelah halus masukan air santan yang telah mengental. Haluskan lagi hingga rata, kemudian baru dicetak dan dijemur.”

Proses penjemuran, kata Ahmad, sebaiknya jangan sampai terlalu kering. “Karena kalau terlalu kering bisa jadi jelek ketika dibakar. Bentuknya akan kurang rata dan retak-retak,” paparnya.

Agar hasilnya bagus, opak yang masih agak basah dibakar dengan api yang tidak terlalu panas, namun juga tidak terlalu dingin. Kalau panasnya kurang, terang dia lagi, opak kurang berkembang dan tidak menguning warnanya. Setelah dibakar, barulah opak dikemas setelah itu dipasarkan.

Harganya cukup bervariasi. Mulai dari yang paling kecil (netto 3,5 kg) seharga Rp 30 ribu, hingga Rp 100 ribu per kemasan yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement