Selasa 13 Oct 2015 14:44 WIB

Menyelami Dunia Laut dengan Teknologi Jerman di Museum Indonesia

Rep: C39/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Leibniz Center For Tropical Marine Ecology (ZMT), Reef Model 1.0
Foto: Muhyiddin/Republika
Leibniz Center For Tropical Marine Ecology (ZMT), Reef Model 1.0

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu lembaga penelitian Jerman, Leibniz Center For Tropical Marine Ecology (ZMT), memamerkan teknologi terbaru mereka, Reef Model 1.0 di Museum Indonesia.  Dengan teknologi ini, Anda dapat menyelami dunia laut untuk mengenal lebih jauh tentang makhluk hidup, seperti ikan dan terumbu karang.

Salah satu peneliti atau ahli terumbu karang dari Jerman, Sebastian Ferse mengatakan bahwa teknologi ini dipamerkan pertama kali di Indonesia dan bagus untuk dikembangkan dalam dunia pendidikan. “Ini teknologi edukasi tentang ilmu kelautan, dan bagus untuk diterapkan di sekolah, sehingga anak-anak bisa melestarikan ekosistem  di laut,” katanya kepada Republika.co.id, Senin (12/10).

Saat Republika.co.id dipersilahkan untuk mencoba teknologi ini, Sebastian memberikan alat yang mirip dengan kacamata diving sebagai alat untuk melihat layar komputer. Ia juga memberikan headset agar bisa mendengarkan penjelasan tentang beberapa makhluk hidup yang hidup di lautan.

“Penjelasannya masih bahasa Inggris, namun saya akan memberi usulan kepada para pembuatnya untuk dijadikan bahasa Indonesia, dan itu gampang,” jelasnya.

Selain itu, dengan menggunakan alat ini Anda juga dapat mengetahui tentang dampak pengeboman yang ada di laut serta dampaknya terhadap ekosistem. Tampak dalam layar komputer saat terjadi pengeboman, karang-karang berubah menjadi putih, karena mati.

Sebastian mengaku saat pergi ke pulau Barrang Lompo di Makasar, ia bersama teman-temannya  pernah memberikan kursus kecil-kecilan terhadap anak-anak di sana. Namun, saat memberikan penjelasan tentang ekosistem di laut, ia tidak bisa membawa mereka ke dalam lautan langsung.

“Karena anak-anak sekolah belum banyak yang bisa berenang, dengan ini bisa lebih gampang untuk memperkenalkan dunia laut, ini seperti education tools,”tutup pria yang sudah tinggal di Indonesia selama 20 tahun tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement