REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepulauan Riau tancap gas mempromosikan Great Batam Wonderful Indonesia kepada wisatawan dunia. Wisatawan asal Shangai, Hongkong, dan Jepang dibidik. Juga tetangga dekat, Kepulaua Riau seperti Singapura dan Malaysia jadi target sasaran promosi.
Gubernur Kepulauan Riau, Agung Mulyana saat menemui Menpar Arief Yahya di lantai 16 Gedung Sapta Pesona, Merdeka Barat, Jakarta Pusat mengatakan, mempromosikan Great Batam Wonderful Indonesia sudah menjadi santapan sehari-hari Kadispar Kepri Guntur Sakti. Semua celah, semua terobosan promosi yang efektif dilakukan dengan sasaran, menggaet pasar orang Singapura, pasar ekspatriat yang tinggal di Singapura dan membelokkan wisatawan destinasi Singapura ke Great Batam.
Agung mengungkap, jumlah ekspatriat di Singapura ada 1,6 juta orang. Jumlah wisman ke Singapura tiap tahun 15-16 juta orang. Belum lagi yang dari Malaysia? Setahun wisman di Malaysia ada 27-28 juta orang. “Kami ngebut, kami optimis mampu kejar target yang dicanangkan Pak Menpar, 2,5 juta kunjungan setahun,” kata Agung dalam keterangan tertulis yang diterima ROL, Sabtu (10/10).
Menpar Arief Yahya mengatakan, Kepri perlu menambahkan Korea Selatan, karena potensi Negeri Ginseng itu ke Indonesia dan mampir ke Batam Bintan juga semakin besar.
"Terbukti kan? Di Great Batam, yang pernah kita proyeksikan dengan konsep ASEAN Plus Three, yakni ASEAN dan trio Tiongkok, Jepang, Korea itu? Sampai dengan September 2015, Korea Selatan ternyata lebih agresif dan menyalip jumlah kunjungan dari Jepang? Karena itu, Korea juga harus disentuh,” usul Menpar Arief Yahya.
Pada kesempatan itu, Agung menyampaikan sejumlah usulan kepada Menpar. Usulan tersebut antara lain, menggelar banyak event di Batam-Bintan, membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Anambas. Agung juga mengusulkan sosialisasi kebijakan baru soal bebas visa, CAIT dan Cabotase itu.
Menpar Arief Yahya menyambut gembira dan setuju dengan rencana-rencana Kepri itu. Termasuk mensosialisasi peraturan baru soal Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang sudah ditambah oleh Presiden Jokowi, dari 45 sebelumnya, menjadi 90 negara.
Lalu penghapusan CAIT, yang memungkinkan yacht atau perahu pesiar untuk parkir di Batam-Bintan. Juga kebijakan soal cabotase yang memberi keleluasaan pada kapal berbendera non Indonesia untuk menurunkan dan menaikkan penumpang ke wilayah Indonesia.
“Itu semua peluru baru, regulasi baru, untuk yang dibisa dikemas dalam promosi Wonderful Indonesia dengan efektif,” kata Arief Yahya.