REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara destinasi wisata dunia, sudah sepatutnya Indonesia memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan. Destinasi wisata yang unggul dengan layanan dan fasilitas publik memadai tentu akan memberikan kesan positif bagi wisatawan.
"Maka layanilah wisatawan dengan baik, karena kalau tidak turis akan pergi meski kita memberikan berbagai kemudahan (bebas visa, red)," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam ajang penghargaan "Sapta Pesona Toilet Umum Bersih 2015", Kamis (8/10) kemarin di Jakarta.
Menpar menjelaskan, dalam bisnis terdapat tiga tipe pelanggan. Yakni excisting customer (pelanggan saat ini), new customer (pelanggan baru), dan future customer (calon pelanggan dimasa datang). Dalam melakukan pendekatan terhadap tiga tipe pelanggan tersebut tentunya berbeda-beda. Jika excisting customer harus dilayani dengan baik, new customer dengan selling (penjualan) dan future customer melalui strategic innovation.
Namun kecenderunganya, industri pariwisata di Indonesia masih banyak yang fokus pada new customer. Padahal berdasarkan data, wisatawan khususnya mancanegara yang datang ke Indonesia satu kali tiap tahunya hanya 20 persen. Sementara yang datang lebih dari satu kali di setiap tahunnya mencapai 60 persen.
"Inilah yang disebut sustain atau repeater. Excisting customer ini sangat penting untuk diperhatikan, karena kalau tidak dilayani dengan baik hampir pasti dia akan pergi," ujar Menpar.
Karena itulah, jelas Menpar, keberadaan toilet dengan fasilitas memadai serta memenuhi unsur kebersihan dan higienis penting diwujudkan. Salah satunya di bandara yang mencerminkan teras atau serambi suatu negara.
"Kalau kita biarkan toilet yang ada jorok dan tidak higienis, tentu akan memalukan," ujar Menpar.
Saat ini health and hygiene masih menjadi satu dari tiga permasalahan pariwisata Indonesia. Bahkan untuk masalah kebersihan dan higienitas ini, Indonesia masih menempati rangking 109 dari 141 negara. Meski posisi telah meningkat dibanding tahun 2013 yang terpuruk di urutan 112, hasil tersebut masih jauh dari harapan.
"Untuk mempertahankan dan meningkatkannya, salah satu indikatornya adalah toilet. Ini masih menjadi PR (pekerjaan rumah,red) kita bersama," ujar Menpar.