Kamis 08 Oct 2015 04:40 WIB

Pengaruh Kolonialisme dalam Tradisi Roti dan Kue di Indonesia

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Yudha Manggala P Putra
Keluarga asal Belanda sedang menikmati makanan. 1936
Foto: Wikipedia/Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cul
Keluarga asal Belanda sedang menikmati makanan. 1936

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjajahan bangsa Eropa di Nusantara pada zaman dahulu, menyisakan pengaruh cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu di antaranya dapat pula kita temukan pada tradisi kuliner di Tanah Air.

Beragam jenis kue seperti spekkoek (spekuk atau lapis legit—Red), ontbijtkoek, speculaas, dan roti gambang merupakan sedikit contoh warisan dapur Eropa yang masih bertahan di kalangan rakyat Indonesia sampai hari ini.

Penggunaan rempah-rempah semisal kayu manis, cengkih, dan pala pada kue-kue tersebut, mengingatkan kita akan sejarah kedatangan orang-orang Belanda ke Nusantara, berabad-abad yang silam.

Pakar sejarah kuliner asal Solo, Heri Priyatmoko menuturkan, masyarakat pribumi Indonesia pada mulanya tidak memiliki tradisi makan roti maupun kue-kue seperti yang umum dijumpai hari ini.

Menurutnya, tradisi tersebut dibawa oleh orang-orang Eropa (terutama Belanda) ke Nusantara selama berlangsungnya misi penjajahan mereka di negeri ini.

“Seiring perjalanan waktu, budaya makan roti dan kue kemudian juga menular kepada penduduk pribumi Indonesia,” ujar Heri.

Dijelaskannya, pada masa-masa awal pemerintahan kolonial Hindia Belanda, roti dan kue hanya bisa dikonsumsi oleh masyarakat Eropa, orang-orang kaya, dan kalangan bangsawan pribumi.

Sementara, penduduk biasa boleh dikatakan sangat jarang menikmati makanan tersebut. Rakyat pribumi jelata ketika itu hanya mampu mengonsumsi penganan tradisional berbahan beras atau ketan, seperti serabi, apam, dan sebagainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement