REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejumlah sastrawan dan para pemerhati budaya Yogyakarta berkumpul di Omah Kecebong, rumah budaya dan wisata baru di Sendari, Sleman, Yogyakarta pada akhir pekan lalu dalam acara peluncuran Sastra Sendaren.
Kawasan Sendari selama ini dikenal sebagai Desa Wisata Sendari. Sastra Sendaren merupakan bentuk seni pentas atau pertunjukan yang mengambil kearifan dan pelajaran dari Kiai Sendari, misalnya tutur lewat macapat atau doa mantra dengan geguritan. Pertunjukan yang ada selalu dikolaborasikan dengan unsur modern yang tetap mengutamakan sastra budaya desa dan alam, misalnya dalam sajian musik balada. Acara peluncuran diisi dengan berbagai pertunjukan seni budaya seperti pembacaan puisi mantra, puisi desa, cerpen dan pentas musik balada.
"Omah kecebong selalu terbuka dan mendukung berbagai kegiatan pendidikan, pelestarian seni dan budaya, pariwisata serta penghijauan. Kegiatan peluncuran sastra Sendaren ini salah satu kegiatan yang sangat sesuai dengan tujuan digagasnya tempat ini yaitu menjadi tempat yang dapat bermanfaat untuk masyarakat dan lingkungan, untuk kegiatan seni dan budaya serta sebagai alternatif tujuan wisata di Yogyakarta," kata Penggagas Omah Kecebong sekaligus promotor acara, Hasan Setyo Prayogo.
Sejumlah sastrawan, budayawan, musisi, pelaku wisata, pengelola desa wisata, dan masyarakat Yogyakarta menghadiri perhelatan istimewa ini. Para seniman sastrawan yang memeriahkan acara peluncuran antara lain R. Bambang Nursinggih (Seniman Geguritan), Eyang Minah (Seniman Macapatan), Pristi Salam (Cerpenis), Retno Darsi Iswandari (Penyair) dan Doni Suwung (Musisi Balada). Musisi Doni Suwung ikut menambahkan kehangatan acara dengan melaksanakan pre-launching album terbarunya bertajuk “Aku Kamu adalah Kita.”
Doni yang dikenal sebagai salah seorang personil band Sirkus Barock Sawung Jabo adalah seorang musisi balada dari Yogyakarta yang memiliki perhatian khusus terhadap alam, lingkungan dan kerap mensuarakan kritik sosial. Hal lain yang istimewa dalam kesempatan ini adalah turut sertanya para Putera Puteri Batik Nusantara 2015 dan budayawan Perancis Serge dari INALCO Paris, yang berpartisipasi membaca puisi-puisi gubahan Wahjudi Djaja, S.S., M. Pd. Para Putera Puteri Batik Nusantara 2015 itu antara lain Putu Nanda Pramadya (Bali), Gembong Ikhwan (Brebes), Iqbal Amrullah (Tangerang), Shinta Annisa Noviana (DKI Jakarta), Muh. Vandyan Mahardika (DKI Jakarta) dan Fitria Ayu Permasari (Malang).
Sendari, sebuah dusun di Tirtoadi Mlati Sleman Yogyakarta, tidak bisa lepas dari seorang abdi dalem Kiai Sendari, seorang punggawa budaya. Kiai Sendari adalah seorang pemenang lomba layang-layang yg diadakan Kraton Yogyakarta. Salah satu faktor yang menentukan kemenangannya adalah kreasi unik Sendaren, yaitu peralatan temuannya yang memungkinkan layang-layang dapat mengeluarkan bunyi di ketinggian sehingga bisa dinikmati suaranya. Kreasi ini kemudian dikenal sebagai "ndaren".
Kiai Sendari-lah yg menumbuh-kembangkan seni layangan, seni Dadung Awuk, tari Jatilan, Ketoprak, dan beragam kesenian khas daerah lainnya. Selain dikenal dengan layangan Ndaren, Sendari juga merupakan sentra kerajinan bambu yang begitu dikenal di Yogyakarta. Dampaknya, dengan segala potensinya kian mendunia dan mengundang lebih banyak lagi hadirnya wisatawan.
Kini, Sendari punya icon baru dengan berdirinya Omah Kecebong, sebuah guest house bernuansa budaya desa yg diperkaya dengan keragaman holtikultura dari beragam belahan dunia.
Acara ini difasilitasi sepenuhnya oleh Omah Kecebong dan digelar untuk melanjutkan amanah budaya Kiai Sendari sekaligus menumbuh-kembangkan kekayaan seni sastra budaya sendiri agar kearifannya bisa dijadikan bekal generasi muda guna pembentukan karakter.