REPUBLIKA.CO.ID, Ketika anak terpisah dengan orang tua saat berada di mal atau tempat wisata, sebaiknya orang tua mengajarkan anak untuk minta tolong atau berbicara pada orang tak dikenal atau orang asing. Namun, tidak semua orang asing boleh diajak bicara oleh anak.
Menurut Psikolog Anak, Anna Surti Ariani, SPsi, Msi, anak boleh bicara dengan orang tak dikenal, tergantung usia anak. Misalnya usia balita, anak boleh bicara pada guru. Ajak anak ngobrol dengan guru. Atau bisa juga kepada ibu yang membawa anak. Ajak anak ngobrol dengan tante-tante yang membawa anak atau bayi.
“Sebuah penelitian membuktikan anak-anak balita cenderung lebih mudah memahami ibu-ibu membawa anak daripada yang berseragam seperti satpam, anak akan bingung,” katanya menjelaskan.
Tapi kalau Anda mau bilang satpam, sebaiknya tunjukkan yang mana. Yang pakai baju warna apa. Kalau anak belum mengenal warna, tunjuk yang mana orangnya.
Sementara untuk anak usia di atas empat tahun, anak boleh bicara kepada orang yang berseragam seperti satpam atau polisi atau SPG. Tunjukkan orang yang seperti apa. “Ketika anak hilang di mal diantara tumpukan baju, anak bisa diajarkan untuk mencari SPG atau satpam,” ujarnya.
Jika anak hilang ketika berada di kolam renang atau pantai, anak boleh bicara dengan pengawas pantai. Anak-anak juga bisa berbicara kepada nenek atau kakek yang mereka tidak kenal. Sebab kakek nenek ini cenderung memiliki kepedulian lebih.
Terakhir adalah orang yang menurut anak bisa dipercaya. Nina mengakui ini konsepnya memang sulit, tapi harus dilatih kemampuan anak menilai.
Walaupun bukan hal yang mudah. Coba katakan pada anak, ”Kalau kamu saat ini hilang, orang yang mana yang akan kamu mintai pertolongan?” ujar Nina meniru percakapan ibu kepada anaknya.
Misalnya anak menunjuk seseorang, orang tua harus bertanya apa alasannya. Nah inilah yang harus dibicarakan pada anak. “Ingat kemampuan anak untuk mengevaluasi masih sangat terbatas,” ujarnya.
Nina mengingatkan orang tua untuk membuat anak aman dan nyaman bukan khawatir. Membuat anak aman tidak sama dengan membuat orang tua khawatir. “Kalau orang tua terlalu khawatir, jatuhnya jadi helikopter parenting akan mengikuti anak kemana pun. Ini tidak bagus, anak harus dipercaya dan dilatih,” ujarnya.