REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa tak mengenal Provinsi Banten, provinsi paling barat di Pulau Jawa yang dikenal dengan ragam potensinya luar biasa.
Tak hanya itu, Provinsi yang sempat menjadi bagian dari Jawa Barat sebelum 'bercerai' pada 2000 ini juga menyimpan segudang sejarah yang terkait dengan jalur Kereta Api (KA) nasional, seperti di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, yang terletak di selatan Banten dan dikategorikan sebagai wilayah miskin.
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, di wilayah Bayah lekat dengan sejarah Romusha terbesar dengan adanya pembangunan jalur KA Saketi-Bayah untuk angkut batubara. Selain itu, di tanah ini juga menjadi tempat bersembunyinya Tan Malaka, tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia.
"Monumen Romusha yang dibuat Tan Malaka sebagai penanda adanya romusha dan ada kuburan Romusha di Bayah," ujarnya, Jumat (25/9).
Bicara perekonomian di Bayah, ia mengatakan sudah mulai menggeliat dalam dua tahun terakhir sejak dibangunnya Pabrik Semen Merah Putih oleh investor dari Cina.
Keberadaan pabrik tersebut, membuat pemerintah memutuskan untuk memperbaiki dan memperlebar jalan raya di sekitar. Dari Ibu Kota menuju Bayah dapat ditempuh dengan waktu antara tujuh sampai delapan jam dengan kondisi jalan mulus.
Waktu tempuh itu dapat dipangkas menjadi hanya empat jam jika jalur rel Jakarta menuju Bayah sepanjang 225 km yang melewati Rangkas, Saketi, hingga Malingping beroperasi.
"Terlebih jika sudah aktif, beberapa stasiun yang berada di desa juga akan bangkit ekonominya. Komoditas yang akan dapat diangkut, antara lain semen, karet, sawit dan batubara. Selain juga kebutuhan warga lokal," lanjutnya.
Bayah, juga menyimpan potensi wisata yang bisa menjadi daya tarik pelancong salah satunya ialah keberadaan obyek wisata Pantai Sawarma yang hanya berjarak 8 km dari Bayah. "Bayah dapat dijadikan tujuan wisata yang sebenarnya tidak jauh dari Jakarta jika sudah tersedia jalur KA," sambungnya.
Ia menambahkan, sepanjang Malingping hingga Bayah, para pelancong juga dapat melihat hamparan pantai indah yang membentang di Samudra Hindia.
Ia menilai, pilihan bangun jalan rel untuk memberi alternatif selain jalan raya dan menambah kapasitas ruang bermobilisasi ke Banten selatan yang selama ini tertinggal pembangunannya.
Untuk itu, Pemkab Lebak dan Pemprov Banten dapat meminta Pemerintah Pusat untuk menyegerakan pengaktifan jalur Rangkas-Saketi-Bayah. "Perekonomian Banten selatan akan sangat terbantu sekali denga ada jalur KA ini nantinya," tambah Djoko.
Waktu tempuh yang tentunya lebih cepat dengan menggunakan KA daripada jakan raya dapat dijadikan pertimbangan. "Dulu pada masa pendudukan Jepang, dapat bangun jalur ini kurang dari dua tahun dengan kerja paksa bisa selesai. Tentunya sekarang dengan peralatan lebih modern, bisa lebih cepat dari itu," katanya menegaskan.