Jumat 18 Sep 2015 09:00 WIB

Inikah Dampak Sosial Media pada Remaja?

Rep: MGROL 47/ Red: Indira Rezkisari
Selfie
Foto: Youtube
Selfie

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah penelitian baru menemukan kecemasan yang signifikan dialami kalangan muda tentang bagaimana mereka tampak dalam foto online.

Antara Facebook, Instagram, Twitter, snapchat, Whatsapp, Vine, Tumbler dan YouTube, semuanya punya benang merah. Yakni digemari dan menghubungkan remaja masa kini. Bahkan, bukan tidak mungkin remaja di rumah punya koneksi ke seluruh sosial media tersebut. 

Dikutip dari News.com.au, Jumat (18/9), peneliti mengungkap isi survei yang menunjukkan 35 persen remaja di bawah usia 18 tahun kuatir bila tertaut dalam foto yang kurang menarik. Sedang 27 persen merasa stres tentang penampilan mereka yang diunggah ke sosial media. Lalu, 22 persen bahkan merasa tertekan jika salah satu foto mereka terlalu diperhatikan oleh teman-temannya. 

Penelitian ini berjudul 'Anak, Remaja, Media, dan Citra Tubuh'. Tapi psikolog klinis Louise Adam mengatakan penelitian ini lebih cocok diberi judul Bagaimana Sosial Media Memberi Pasokan Persetujua Sosial dan Memvalidasi Harga Mereka Lewat 'Likes' dan 'Comments'. 

"Dengan definisi, harga diri adalah evaluasi global diri sendiri, yang dituntaskan dengan menilai diri sendiri dibanding orang lain," ujarnya. 

Elizabeth Kesses, penulis buku tentang rendahnya harga diri dan bullying, mengatakan harga diri juga kepercayaan diri memang bawaan. Tapi bisa berubah jadi membahayakan bila terus terpapar pesan ke otak yang mengatakan kalau seseorang lebih baik dari beberapa orang yang ia lihat. "Masalahnya bila sesuatu buruk terjadi, maka ia akan menghakimi diri sendiri sampai ia bisa bangkit," ujarnya. 

Sebuah komentar tentang selfie remaja bisa jadi dorongan moral ke anak. Tapi jika ia tidak populer di dunia maya, bahkan mengalami bullying atau dikritik, mereka bisa merasa sebagai pribadi yang gagal dan kesulitan menghadapinya. 

Kesses mengatakan, tidak ada sosial media yang lebih buruk dari yang lain. Dari pengalamannya, psikologi dibalik mengambil gambar selfie yang terbaik memang bisa merusak jiwa anak. "Selfie yang diambil bersama teman menyenangkan dan tidak berbahaya. Tapi banyak diambil sendirian, berulang kali sambil ditemukan gambar terbaik yang lalu diedit dan dibuang semua kekurangan," katanya. 

Akibatnya, timbul ketidakpuasan. Sebab anak secara konstan dalam posisi mengkritisi diri, entah depan kamera atau cermin. Mereka jadi sibuk menyoroti kekurangan diri, ketimbang merayakan kelebihan yang dimilikinya dari dalam diri. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement