REPUBLIKA.CO.ID, Jajan sudah menjadi kebiasaan anak-anak di Indonesia. Apalagi anak usia balita, usia sekolah dan remaja. Bahkan kita saja sebagai orang dewasa masih sering jajan. Tapi sebenarnya anak perlu tidak sih jajan?
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI Jaya), Dr dr Rini Sekartini, SpA (K), mengatakan jajan itu termasuk makanan selingan. Makanan selingan ini berperan sebagai makanan kecil diantara waktu makan besar. Yaitu antara makan pagi dan makan siang juga antara makan siang dan makan malam.
Rini menambahkan makanan selingan ini bisa untuk mengatasi rasa lapar diantara waktu makan. Selain itu juga bisa mengurangi kelebihan konsumsi saat makan serta bisa meningkatkan konsentrasi.
Namun karena kapasitas lambung anak kecil, maka makanan selingan yang diberikan haruslah porsi kecil, terjadwal serta mengandung zat gizi tidak hanya kalori. “Hindari makanan tinggi gula dan tinggi lemak,” saran Rini dalam Seminar Media Cermati Kandungan Nutrisi Jajanan Anak, di Jakarta, kemarin (17/9).
Bagaimana dengan makanan selingan berupa minuman manis? Rini menyarankan bagi anak yang menderita kelebihan berat badan atau obesitas sebaiknya tidak mengonsumsinya. Konsumsilah minuman rendah kalori. Selain itu, anak sebaiknya konsumsi buah potong jangan jus. Dan untuk anak dengan gizi kurang sebaiknya konsumsi makanan tinggi kalori. Bisa juga konsumsi puding susu.
Menurut Rini, pilihan makanan selingan di sekolah yang paling bagus adalah buatan rumah. Namun karena orang tua sibuk bekerja dan tak sempat membuatkan dan membawakan bekal, maka anak bisa juga jajan di kantin sekolah. Tentu harus pilih jajanan kantin sekolah yang buatan rumahan dengan memperhatikan aspek kemanan. Atau jajanan kantin sekolah buatan pabrik dengan memperhatikan kandungannya.
Adakah jajanan sehat? Jawabannya ada. Yaitu jajanan yang memperhatikan segi keamanan pangan seperti kebersihan dan kandungan bahan berbahaya. Juga yang memperhatikan kandungan nutrisi seperti komposisi dan bahan tambahan pangan.