REPUBLIKA.CO.ID, Musik dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kecakapan hidup anak berkebutuhan khusus (ABK) bila dikenalkan sejak dini, kata Ketua Umum Asosiasi Dyslexia Indonesia Kristianti Dewi di Bandung, Senin (31/8).
"ABK memiliki keterikatan jiwa dengan musik, kami ingin asah talenta mereka melalui musik karena musik mengajak mereka untuk fokus," kata Kristianti pada Diskusi Memaksimalkan Otak Anak di Melinda Hospital II.
Berdasarkan pengalaman, orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus kerap datang menitipkan anaknya dengan harapan bisa sembuh. "Padahal tidak bisa begitu, autis disebabkan oleh kesalahan genetika yang tidak dapat dicegah maupun disembuhkan, yang bisa dilakukan adalah mengelola potensi mereka agar berkembang optimal," kata dia.
Dia mengatakan, untuk memacu tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus dengan maksimal, orangtua perlu mendeteksi sejak dini bila ada gejala dalam proses perkembangan anak sebelum menginjak dua tahun.
"Usia dini di sini artinya sebelum dua tahun, orangtua cukup memahami apa saja hal-hal yang wajib dikuasai seorang anak sebelum dua tahun pada umumnya, sehingga bila ada penyimpangan bisa cepat dikonsultasikan," kata penggerak Melinda Child Development Center itu.
Autis, kata Kristianti, lebih banyak menyerang anak laki-laki dibanding perempuan. "Ini juga bukan penyakit yang mengancam keselamatan nyawa, sehingga tidak ada hubungannya dengan angka harapan hidup," kata dia.
Sebelum diskusi mulai, sekelompok anak berkebutuhan khusus usia 7 - 23 tahun membawakan sejumlah lagu anak-anak dipandu seorang pembimbing dengan menggunakan gitar. Anak-anak ini menyanyi sambil bermain tamburin. Salah satunya, Rino, mengiringi irama dengan kibor.
"Rino sering membantu mengiringi musik beberapa band dan penyanyi solo," kata dokter spesialis dan konsultan saraf anak, Purboyo Solek, yang juga pembimbing mereka. Penampilan mereka ditutup dengan membawakan lagu band Nidji, "Laskar Pelangi".