Kamis 27 Aug 2015 14:38 WIB

Standar Wisata Bahari Harus Ditingkatkan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Seorang wisatawan tengah menikmati keindahan kehidupan bawah laut. Indonesia memang dikenal memiliki potensi wisata bahari yang tinggi (ilustrasi)
Foto: Antara
Seorang wisatawan tengah menikmati keindahan kehidupan bawah laut. Indonesia memang dikenal memiliki potensi wisata bahari yang tinggi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Para pelopor dan pelaku usaha, perwakilan pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dari 17 negara mendiskusikan perihal kebijakan, strategi, dan solusi inovatif dalam mempromosikan pariwisata bahari berkelanjutan khususnya di kawasan segi tiga karang (Coral Triangle).

Ada setidaknya enam negara yang masuk ke dalamnya, yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, Kepulauan Solomon, dan Filipina.

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sudirman Saad mengatakan wisata bahari saat ini menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan menjadi sektor ekonomi yang berkembang pesat. Oleh karenanya kemitraan harus diperkuat supaya kawasan segi tiga ini bisa menjadi model dari pengelolaan berbasis ekosistem berkelanjutan.

"Kontribusi kawasan ini mencapai 58 miliar dolar AS terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) enam negara. Ini sangat berkontribusi bagi masyarakat lokal," kata Sudirman dalam forum Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF)') di Nusa Dua, Bali, Kamis (28/8).

Sudirman mengatakan lebih dari 85 persen terumbu karang di kawasan segi tiga karang secara langsung terancam oleh aktivitas manusia. Oleh sebabnya, peningkatan standar berwisata harus dilakukan. Di Raja Ampat misalnya, jumlah wisatawan yang dibolehkan menyelam setiap hari beserta siklusnya perlu diatur.

Ancaman lainnya adalah penangkapan sumber daya laut berlebihan, polusi perairan, dan pembangunan kawasan pesisir. Direktur Eksekutif Sekretariat Regional CTI-CFF, Widi A Pratikno mengatakan sistem pengelolaan wisata bahari di kawasan segi tiga karang harus lebih baik dan berkelanjutan.

"Kegiatan wisata bisa ditingkatkan tanpa mengurangi kapasitas lingkungan," kata Widi.

Data World Travel and Tourism Council menunjukkan industri perjalanan dan pariwisata dienam negara kawasan segi tiga karang menyediakan lapangan kerja kepada lebih dari lima juta orang. Sekitar tiga miliar dolar AS dari total 58 miliar dolar AS pendapatan wisata bahari di kawasan ini diperoleh dari pertukaran mata uang di negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement