Rabu 19 Aug 2015 09:44 WIB

4.000 Payung Gili Trawangan Meriahkan 'Gelaran Budaya Lombok-Sumbawa 2015'

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Hazliansyah
 Pulau Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Foto: zul15.student.umm.ac.id
Pulau Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar kegiatan Bulan Budaya Lombok-Sumbawa pada 18 Agustus hingga 24 September. Berbagai kegiatan budaya dan seni akan ditampilkan dalam acara tersebut selama hampir 1 bulan lebih. 

Kepala Disbudpar NTB, Lalu Muhammad Fauzal mengatakan, berbagai kegiatan budaya dan seni Lombok Sumbawa akan ditampilkan selama kegiatan. Termasuk, 15 negara akan berpartisipasi dalam acara tersebut. 

"Berbagai kegiatan budaya dari permainan rakyat, Lombok Sumbawa karnival, pentas seni daerah, pertunjukan sastra, bedah buku, pentas seni religi dan kontemporer akan ditampilkan," ujarnya di Kota Mataram, Rabu (19/8).

Ia menuturkan, dalam kegiatan Bulan Budaya juga akan menyelenggarakan pemilihan putri NTB dan festival Moyo serta festival Senggigi pada bulan September. Termasuk, pihaknya telah memasang 4000 lebih payung di Gili Trawangan dan memecahkan rekor muri.

"Semoga pariwisata NTB maju dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat," ungkapnya. 

Terpisah, Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi mengapresiasi kegiatan Bulan Budaya Lombok Sumbawa sebab kegiatan budaya itu wujud kreativitas dan upaya menanamkan nilai-nilai positif. Apalagi Bulan Budaya yang diselenggarakan adalah yang pertamakali di Indonesia.

Ia menuturkan, kegiatan bulan budaya Lombok-Sumbawa menunjukkan masyarakat NTB kaya dengan budaya yang baik. Dimana masyarakat yang berbudaya adalah salah satu visi dalam pembangunan daerah. 

"Saya meyakini budaya adalah kata kerja yang menunjukan proses maka tidak ada budaya yang tidak berubah. Budaya itu akumulasi akal manusia, pengalaman dan nilai serta ilmu dan teknologi menciptakan budaya baru," katanya.  

Dirinya meminta kepada masyarakat untuk bertanggung jawab menciptakan budaya yang baik. Dimana peran agama, bangsa dan adat istiadat mengarahkan seluruh ekspresi budaya menjadi budaya konstruktif yang baik. 

"Budaya kita harus berpijak pada nilai-nilai luhur, salah satunya religiusitas atau nilai agama. Dan tidak ada pertentangan agama dan budaya," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement