Rabu 12 Aug 2015 11:02 WIB

Anak Sering Dibentak, Saat Dewasa Jadi 'Telmi'?

Rep: Dyah ratna meta novia/ Red: Winda Destiana Putri
Anak dimarahi orang tua (ilustrasi).
Foto: Foto : Mardiah
Anak dimarahi orang tua (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Kementerian Perekonomian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bidang Peningkatan Kesehatan Tubagus Rachmat Sentika mengatakan, satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari satu miliar sel otak saat itu juga.

Emosi negatif seperti bentakan, kata dia, mempunyai gelombang khusus yang merupakan gelombang dipancarkan dari otak. "Gelombang ini dapat bergabung dengan gelombang suara orang yang berteriak, gabungan gelombang suara dan gelombang emosi marah menghasilkan gelombang ketiga dengan efek khusus," katanya, Rabu (12/8).

Efek gelombang ketiga ini memiliki sifat destruktir terhadap sel-sel otak orang yang dituju. Dalam satu kali bentakan satu miliar sel otak hancur.

Anak-anak yang sering dibentak saat kecil, terang Tubagus, pada saat dewasa jadi banyak melamun dan lambat dalam memahami sesuatu atau telat mikir.

"Orang-orang ini biasanya juga mudah melupakan emosi negatif seperti marah, panik ataupun sedih."

Mereka sering mengalami stress hingga depresi dalam hidup. Sebab mereka sulit memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi karena sel-sel otak yang aktif lebih sedikit dari yang seharusnya.

Makanya, ujar dia, orangtua mulai saat ini jika sikap anaknya kurang baik seharusnya orangtua membimbing dan mengarahkan. Bukan malah membentak-bentak seperti dengan kata-kata keras.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement