Senin 10 Aug 2015 12:25 WIB

Iklan Pariwisata Indonesia Mulai 'Gempur' Tujuh Negara Dunia

Wisatawan menyelam di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat.  (Republika/Yasin Habibi)
Wisatawan menyelam di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat. (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata terus melakukan berbagai cara untuk mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) hingga 20 juta orang di 2019. Salah satunya adalah dengan agresif mempromosikan potensi pariwisata Indonesia ke sejumlah negara.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, mulai Juli hingga Desember 2015, pihaknya akan 'menggempur' tujuh negara penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia dengan TVC Wonderful Indonesia. Ketujuh negara tersebut, yakni Malaysia, Cina, Australia, Jepang, Korea dan Timur Tengah.

“Dari media TV, online, cetak, digital luar ruang, semua lini kami gerilya dengan keindahan alam, keragaman etnik, keramahan tradisi, kekayaan kuliner dan kehangatan senyum welcome to Indonesia,” kata Menpar Arief Yahya dalam keterangan tertulis, Senin (10/8).

Dalam pembuatan materi iklan, pemilihan negara dan penentuan waktu promosi, ujar Arief, dengan menerapkan konsep DOT. Yaitu pertautan antara Destinasi (Great Bali, Great Jakarta dan Great Batam), Originasi (Top 10 negara asal turis yang berwisata ke Indonesia), dan Time (pemilihan waktu yang pas).

“Memang seharusnya awal tahun sudah digeber promosi, tetapi kami harus mengikuti semua prosedur administrasi yang ada, jadi time peak seasons di Juli-Agustus kami belum maksimal. Tetapi promo kali ini untuk menarik wisman yang bakal memutuskan berwisata akhir tahun 2015,” jelas Arief.

Pemilihan strategi DOT diucapkan mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini agar iklan yang dibuat dapat tepat sasaran. Yakni tidak salah membidik calon wisatawan yang bakal ditawarkan.

"Karena data kunjungan bisa dibaca," ujarnya.

Ia memaparkan, destinasi favorit wisman ke Indonesia adalah 40 persen Bali, 28 persen Jakarta, 24 persen Batam-Bintan. Hanya 10 persen kota-kota lain, seperti Surabaya, Jogja, Bandung, Medan, Makasar, Palembang, Manado dan lainnya.

"Mereka yang rajin berkunjung juga jelas dari tahun ke tahun, Singapore, Malaysia, China, Australia, Jepang, Korea," ujar Arief.

Kedua, DOT disebutnya juga lebih menjamin keefektifan karena sudah ada track record, bisa ditelusuri dari benchmark, dan lebih jelas. Termasuk soal pemilihan waktu promo, dengan memahami kebiasaan mereka dalam memutuskan untuk berwisata, ketepatan waktu promosi menjadi sangat vital.

“Jangan sampai kita promosi, pas mereka sudah memutuskan untuk berwisata akhir tahun? Percuma jadinya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement