REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Sebuah studi menunjukkan pasangan suami istri (pasutri) perlu memerhatikan usia istri dan seberapa besar keluarga yang ingin mereka bentuk.
Perhatian terhadap usia istri jadi fokus karena fertilitas perempuan berubah lebih cepat dibanding kaum pria.
"Fokus pada istri karena usia istri jadi penentu dalam fertilitas. Sementara fertilitas pria akan mulai turun setelah usia 60 tahun," demikian hasil penelitian yang dilakukan peneliti Erasmus University Medical Center, seperti dikutip Live Science, Sabtu (8/8).
Jika suami istri tidak ingin menggunakan fertilisasi in vitro (IVF) dan hanya ingin memiliki satu anak, istri harus mulai hamil di usia tak lebih dari 32 tahun. Makin banyak anak yang ingin dimiliki, makin muda istri harus mulai hamil.
Jika pasangan suami istri mau menggunakan IVF, mereka bisa menunda kehamilan hingga 10 tahun.
Profesor obstetrik dan ginekologi Ohio State University Wexner Medical Center, Melissa Goist mengatakan model penelitian itu bisa sulit ditemukan di kehidupan nyata. Hal itu karena ada banyak variabel dalam rencana pembentukkan keluarga.
"Perempuan harus mulai merencanakan hamil saat mereka siap memiliki keluarga. Kita tak bisa hidup berdasarkan model prefiktif," kata Goist.
Namun, para peneliti banyak yang salam paham menyengenai hubungan usia dan fertilitas.
Survei menunjukkan terlalu banyak pasangan muda yang optimistis bisa memiliki anak pada usia di atas 35 tahun. Di sisi lain penelitian ini memberi sinyal kepada para perempuan, pasien dan para dokter untuk realistis mengenai peluang fertilitas.