REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Provinsi Nusa Tenggara Barat dikenal dengan keindahan alamnya. Sebut saja seperti Lombok, Gunung Rinjani atau Gili Trawangan.
Namun lebih dari itu, provinsi NTB juga dikenal sebagai penghasil mutiara kelas tinggi yang dikenal hingga dunia internsional. Karena itu, tak pelak mutiara asli NTB memiliki harga yang tidak murah.
"Keunikan dari mutiara asli NTB adalah dari sisi warna juga kualitas dan kekhasan yang tidak ditemui di mutiara dari daerah atau negara lain," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan NTB, Lalu Mohammad Fauzal dalam jumpa pers gelaran "Lombok-Sumbawa Pearl Festival 2015" di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, beberapa waktu lalu.
Tingginya kualias dan kekhasan yang dimiliki mutiara asal NTB, dikatakan Lalu, lantaran seluruh proses pengembangbiakkan kerang hingga panen dilakukan secara alami.
"Kita ada 3-4 sentra mutiara yang kerap didatangi wisatawan yang ingin melihat langsung proses pembiakkan. Ada juga sentra produksi di dekat Gili Trawangan yang dikelola LIPI. Di situ, saat musim panen, wisatawan dapat mempraktikkan langsung bagaimana cara membuka kerang," kat dia.
"Dan ini memang menjadi salh satu keunggulan pariwisata di NTB lainnya," kata dia.
Namun ia mengakui, saat ini keberadaan mutiara NTB tengah goyah, khususnya pasar lokal, lantaran serbuan produk-produk mutiara impor yang harganya lebih murah. Karena itulah Pemprov NTB kembali menghadirkan "Lombok Sumbawa Pearl Festival 2015" pada 18 Agustus hingga 16 September mendatang.
"Kita tidak pasrah dengan kondisi ini, makanya kita mau kembalikan marwahnya mutiara NTB melalui acara ini," kata dia.
Lewat festival ini masyarakat dapat lebih mengenal apa itu mutiara NTB dan memahami bagaimana membedakan kualitas mutiara yang baik dan tidak.
"Kita juga akan pertemukan buyer dan seller dari lima negara," ujar Lalu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika