Rabu 05 Aug 2015 05:38 WIB

Penuh Sejarah, Kini Gedung Pejuang Itu tak Mampu Bersolek

Rep: C39/ Red: Winda Destiana Putri
Gedung pejuang di Bekasi
Foto: ROL/C39
Gedung pejuang di Bekasi

REPUBLIKA.CO.ID, Gedung tua itu tampak lengang, seluruh pintu gedung tertutup rapat. Di samping gedung yang bernama Gedung Juang 45 itu berjejer tanaman bunga yang ditaruh di dalam pot. Gedung tua itu mempunyai artisitektur bangunan Eropa klasik, walaupun yang membangun gedung itu adalah orang Cina, Kouw Oen Huy, yang dibangunnya pada tahun 1906.

Kouw Oen Huy adalah seorang tuan tanah yang memiliki perkebunan karet dan rempah-rempah di daerah Tambun. Kemudian dijual dari Bekasi ke daerah Batavia atau sekarang Jakarta. Selanjutnya, direbutlah gedung ini oleh tentara Jepang dari tangan Kouw Oen Huy pada tahun 1942, sehingga pada tahun 1943 hingga tahun 1945 bangunan bersejarah ini berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang sempat juga menggunakan bangunan tua ini sebagai pusat kekuatannya dalam menjajah Indonesia.

Pada masa perjuangan kemerdekaan 1945, bangunan yang berlokasi di Jalan Sultan Hasanudin No 5, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi ini kemudian diambil alih oleh Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk dijadikan sebagai Kantor Kabupaten Jatinegara. Gedung tersebut kemudian berfungsi juga sebagai Pusat Komando Perjuangan RI dalam menghadapai tentara sekutu.

Selain itu, di gedung ini juga menjadi tempat perudingan dan pertukaran tawanan perang, sehingga banyak tentara Jepang yang meninggal dibantai dan dibuang di Kali Bekasi. Setiap tahun, tentara Jepang selalu melakukan tabur bunga di kali itu.

Gedung tua ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang turut menjadi saksi atas perjuangan rakyat Bekasi saat memperjuangan kemerdekaan Indonesia. Gedung ini dulunya juga sempat menjadi pusat pemerintahan Bekasi. Namun, gedung tua ini kini tampak kelihatan tak bersolek dan tidak terawat lagi, sehingga banyak warga Bekasi sendiri yang tahu akan sejarah gedung ini.

Di lantai satu Gedung Juang 45, hanya tampak bangunan kosong. Tak ada barang apapun di dalam beberapa ruangan gedung itu. Sementara, di lantai dua gedung ini kini telah dihuni oleh ribuan hewan sebangsa kelelawar yang berukuran kecil. Mereka nampak menghuni langit-langit gedung itu. Kotoran binatang itupun memenuhi lantai dua gedung itu hingga menumpuk setinggi 2 sentimeter. Tidak hanya itu, bau pun menyengat tajam ke lubang hidung.

Tembok bangunan itu secara keseluruhan berwarna putih, sedangkan jendelanya yang bermotif cina dan bercat hitam. Jika malam, di dalam gedung tersebut tampak gelap gulita, karena memang di dalamnya tidak dipasang lampu penerang. Hanya terdapat 2 lampu saja di sisi pojok atas di muka gedung itu.

"Kalau ingin menjadikan museum kita ingin, agar bangunan ini bisa dikenal oleh rakyat Bekasi dan bisa menghargai jasa-jasa pejuang dulu," kata Ketua Pemuda Panca Marga (PPM), Johnly Nahampun yang secara ikhlas membersihkan gedung itu ketika ditemui ROL.

Dalam sehari-harinya, Johnly bersama anggota PPM lainnya inilah yang merawat gedung itu. Tapi, ia hanya mempunyai harapan suatu saat gedung ini menjadi tempat atau media rakyat Bekasi untuk mengetahui jasa-jasa pejuang veteran dulu.  "Kita berharap agar diperhatikan, tidak hanya gedungnya, tapi juga para pejuangnya yang saat ini masih hidup, rata-rata kehidupan mereka berada di bawah garis kemiskinan, tapi tetap ikhlas," jelasnya.

Saat ini, di sekitaran gedung 45 ini digunakan oleh komunitas-komunitas untuk berlatih bela diri, atau mengembangkan dengan berlatih di komunitas sanggar. Menurut Johnly, pihaknya terbuka untuk kegiatan komunitas-komunitas di Bekasi, sejauh kegiatan itu positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement