REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kawasan pariwisata Rammang-Rammang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, makin diminati wisatawan baik dari lokal maupun internasional. Meski demikian gaung Rammang-Rammang dianggap masih belum terdengar maksimal. Padahal kawasan yang terdapat di dalam daerah pegunungan karts ini dinilai sebagai kawasan pariwisata yang jarang ditemui di negara lain.
Untuk menarik minat wisatawan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bakal menggelar sebuah festival dengan tema Rammang-Rammang Fulll Moon Festival 2015.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisatan (Kadisbudpar) Sulsel Jufri Rahman menjelaskan, kawasan karts biasanya identik dengan bentang alam yang kering dan gersang. Namun kondisi tersebut berbeda ketika kita mendatangi kawasan Rammang-Ramang.
Hal ini karena daerah tersebut justru subur dengan aliran Sungai Pute yang memiliki lebar 2 sampai 40 meter. Penampakan ini hampir sama dengan pegunungan karst Quillin di Cina.
Menurut Jufri, saat ini kawasan pegunungan karts di Maros hanya dikembangkan sebagai daerah pertambangan, khususnya untuk pengolahan pabrik semen. Padahal kawasan karts seperti di Maros dan sekitarnya mempunyai potensi perekonomian lain seperti pariwisata, kekayaan fenomena alam hingga keanekaragaman geologi, hayati dan budaya.
Bahkan, jika kawasan karts dikembangkan menjadi sektor pariwisata yang berbasis lingkungan, maka seluruh nilai ekonomi tersebut akan tetap dan berkelanjutan. Berbeda saat Karts dijadikan bahan tambang.
"Dengan menjadikan daerah ini sebagai kawasan pariwisata, kawasan Karts Rammang-rammang diharapkan mampu mengkonversi keanekaragaman yang dimilikinya. Juga mampu memberi sumbangan ilmu pengetahuan mengenai karakterisitik daerah yang unik di pegunungan karts," ujar Jufri, Jumat (24/5).
Mengambil tema Full Moon, Disbudpar ingin mengajak seluruh wisatawan yang datang ke Rammang-rammang untuk menikmati pesona terang bulan di pedesaan kecil yang berada ditengah kawasan tersebut. Harapannya wisatawan yang datang bisa mendapatkan sensasi lain yang jarang ditemui di tempat pariwisata manapun.
Selain tema Full Moon, kegiatan yang akan digelar 4-5 Agustus ini mengambil konsep pendekatan berbasis masyarakat. Mengajak berbagai komunitas seperti komunitas fotografer, komunitas lukis, komunitas lingkungan, komunitas adat sampai blogger, mereka diharap bisa mempublikasikan kawasan pariwisata ini sehingga semakin diminta wisatawan lokal dan internasional.
"Dalam acara ini juga kita adakan lomba foto, lukis, dan tulisan. Mereka bisa mengeksplore semaksimal mungkin semua hal menarik yang ada di Rammang-rammang," ujar Jufri.