REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak hanya akan membuat crisis centre di bandara terkait erupsi Gunung Raung, Kementerian Pariwisata juga membuat rencana pengalihan (contingency plan) bagi penumpang pesawat via darat dan laut.
"Ini berlaku bagi penumpang pesawat domestik yang akan kembali ke kota-kota terdekat. Karena moda transportasi darat (kereta api) dan laut (kapal laut) tak terganggu. Dengan demikian para penumpang pesawat domestik tersebut mendapat alternatif moda transportasi lain ketimbang terlunta-lunta menunggu di bandara sementara bandara ditutup karena abu vulkanik yang membahayakan keselamatan penerbangan, jelas Arief Yahya Menteri Pariwisata dalam siaran pers yang diterima Republika Online Sabtu (18/7).
Dikatakan lebih lanjut, secara teknis, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan membina komunikasi bahkan bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait seperti PT KAI melalui Daop di wilayah tersebut dan PT Pelni yang memiliki armada kapal laut sesuai tujuan penumpang.
Dijelaskan pula oleh Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik M Iqbal Alamsjah, bahwa Kementerian Pariwisata hingga kini terus melakukan monitoring (pemantauan) terhadap aktivitas abu vulkanik yang terjadi akibat letusan Gunung Raung Bondowoso Jawa Timur dan Gunung Gamalama Ternate Maluku Utara.
Diharapkan dengan membentuk Media Center sekaligus Tim Crisis Center dapat mengantisipasi sekaligus merekomendasi beberapa kebijakan yang perlu diambil segenap stakeholder (pemangku kepentingan) agar dampak letusan tidak menimbulkan kesulitan yang berarti bagi para wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus).
"Media Center dibentuk dengan melakukan pemantauan (monitoring) terhadap semua media yang mengangkat berita seputar letusan (erupsi) Gunung Raung maupun Gunung Gamalama, baik cetak, online, televisi, dan social media," jelas Iqbal.