REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyusun "standar operation procedure" atau SOP darurat bencana dalam menangani wisatawan yang tertahan di bandara atau di lokasi wisata yang terkena dampak langsung, sekaligus pengalihan moda transportasi.
Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar Billy Iqbal Alamsyah dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (17/7) mengatakan upaya itu dilakukan agar secepat mungkin wisatawan dapat berpindah ke moda transportasi yang lebih aman.
"Munculnya bencana letusan Gunung Raung di Jawa Timur, mendorong kami melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk segera menyusun SOP tersebut," katanya.
Sementara itu dalam mengantisipasi wisatawan mancanegara (wisman) yang "terperangkap" di Bali, yang belum lama ini mengalami penutupan bandara selama dua hari akibat aktivitas vulkanik Gunung Raung, Kemenpar telah menawarkan extension program berupa wisata pengenalan, misalnya, overland ke Banyuwangi atau wisata ke Gili Trawangan di Lombok, NTB.
Ia menambahkan, wisman yang terpaksa harus memperpanjang tinggal di Bali karena musibah Gunung Raung juga mendapat tawaran dari kalangan industri pariwisata Bali berupa perpanjangan tinggal di hotel maupun berupa keringanan dengan pembebasan biaya kamar hotel.
"Selain itu penanganan wisatawan juga diberikan dengan kemudahan dalam pengalihan ke moda transporasi lain," katanya.
Iqbal mencontohkan, seperti yang dilakukan oleh PT KAI yang memperpanjang relasi KA Sembrani, yang melayani dari Stasiun Gambir Jakarta hingga Pasar Turi Surabaya, selama 5 hari terakhir ini (13 -17 Juli) perjalanannya diperpanjang hingga sampai ke Stasiun Jember.
Hal ini sebagai antisipasi terjadinya limpahan penumpang dari moda transportasi udara yang terganggu karena adanya letusan Gunung Raung ke kereta api.
Pihaknya menyadari aktivitas vulkanik Gunung Raung yang terus berlangsung hingga kini membawa dampak terhadap perpanjangan penutupan empat bandara, yakni Bandara Internasional Juanda Surabaya, Bandara Abdurahman Saleh Malang yang penutupannya diperpanjang hingga 17 Juli 2015 pukul 06.00 WIB, sedangkan Bandara Notohadinegoro Jember dan Blimbingsari ditutup hingga 17 Juli 2015 pukul 16.00 WIB.
Menurut PT Angkasa Pura I Cabang Juanda dan Abdurahman Saleh, akibat penutupan tersebut sebanyak 220 penerbangan dengan jumlah 27.874 penumpang orang terdiri atas 18.108 penumpang datang dan 9.766 penumpang berangkat menjadi ditunda. Perpanjangan penututupan kedua bandara tersebut juga menyebabkan 110 penerbangan dibatalkan.
Pihak Angkasa Pura I cabang Juanda terus melakukan evaluasi dengan stakeholder dan instansi terkait yakni; maskapai penerbangan, BMKG, Air Nav, serta Otoritas Bandara Wilayah III terkait perpanjangan penutupan dan rencana pembukaan kembali Bandara Juanda pada Jumat (17 Juli) pukul 06.00 WIB.