Rabu 15 Jul 2015 14:34 WIB
Konsultasi Keuangan

Mengatur Dana Lebaran dari Penghasilan tidak Tetap

Pedagang pakaian, seperti di Tanah Abang, tak selalu mendapatkan keuntungan tetap dan terukur. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan pemilik penghasilan tidak tetap untuk mengatur keuangan lebarannya.
Pedagang pakaian, seperti di Tanah Abang, tak selalu mendapatkan keuntungan tetap dan terukur. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan pemilik penghasilan tidak tetap untuk mengatur keuangan lebarannya.

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr Wb Salam kenal Mas Hari ‘Soul’ Putra. Walau agak telat, saya ingin menuangkan uneg-uneg keuangan saya.  Saya seorang pedagang baju Muslim yang penghasilannya tidak menentu.  Lebaran tahun ini merupakan tahun yang cukup meresahkan saya.

Secara omzet dagangan saya mengalami penurunan.  Selain faktor ekonomi yang lagi lesu, dibanding tahun-tahun sebelumnya, tahun ini sepertinya daya beli masyarakat berkurang.

Saya mohon tipsnya, bagaimana seperti kami ini yang tidak berpenghasilan tetap, tetapi kami juga ingin bisa merayakan lebaran, walau dalam kesederhanaan dikarenakan omzet yang mengalami penurunan cukup signifikan. Apa kiat untuk mengatur keuangan usaha dan keluarga kami.

Mohon masukan dan bimbingan sampeyan dalam menyikapi hal ini.  Sekian dan terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Candra, Pekalongan

Jawaban WF 19

Wa’alaikumsalam Wr Wb

Salam kenal juga Mas Candra. Lebaran adalah hak setiap mukmin yang telah melewati fase selama melakukan shaum di bulan Ramadhan.  Sebagai sebuah tanda bahwa kita sudah melakukan ‘peperangan’ melawan hawa dan nafsu kita maka ada sebuah momentum kemenangan untuk dirayakan, makanya ada istilah Taqabbalallahu minnaa wa minkum (semoga Allah SWT menerima dari kami dan darimu, amalan shaum kita selama bulan ramadhan-Pen).

Tidak ada yang bisa kita ubah selain merubah diri dan keluarga kita terlebih dahulu.  Jika saya nyatakan, bahwasanya tahun ini tidak lebih buruk dari waktu terjadi krisis moneter tahun 1998.  Hampir semua orang mengeluh sepertinya tidak ada Harapan akan masa depan, sehingga adagium yang mengatakan bahwa hidup itu harus pesimis, meskipun perlu optimis sepertinya menjadi hal yang jamak kala itu.

Tetapi jika kita naik sejenak, terbang di ketinggian seperti seekor elang, ternyata yang kita lihat krisis hanya terjadi di beberapa tempat di Pulau Jawa saja, sementara daerah-daerah yang menitikberatkan pada komoditas ekspor seperti kopi dan sawit malah mengalami euforia, karena komoditas mereka mengalami pelonjakan yang sangat-sangat signifikan dikarenakan nilai tukar dolar terhadap rupiah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Otomatis, mereka malah ‘panen uang’ dan sama sekali tidak merasakan krisis.

Kita tidak bisa mengubah arah perekonomian skala Indonesia, tetapi yang kita bisa lakukan adalah menjadi sekrup-sekrup kecil yang bisa menggerakkan roda perekonomian secara riil, betapapun kecil kontribusi kita terhadap negara ini. Seperti krisis tadi, penghasilan tidak tetap adalah peluang dan sekaligus ancaman.  Menjadi ancaman ketika bulan ini Anda tidak dapat penghasilan yang bisa memenuhi kebutuhan standar minimal keluarga.  Tetapi menjadi PELUANG ketika masih ada kesempatan untuk bergerak dan terus berbenah diri.

Lihatlah ada peluang dimana-mana.

Jika saya tanyakan, lebih baik tidak makan atau mengalami malu tetapi Anda masih bisa makan? Jika Anda lebih memilih tidak makan, maka solusi untuk Anda sudah tertutup.  Tapi jika urat malu Anda, Anda kesampingkan dulu, maka akan ada peluang.

Menikmati lebaran berarti menikmati rasa syukur karena sudah melewati 29-30 hari ramadhan.  Esensinya adalah KEMENANGAN bagi yang shaum.  Jadi orang yang tidak berpenghasilan tetap, sebenarnya tetap bisa berlebaran.

Bagaimana jika tidak ada uang?

Inilah momentumnya, paling tidak ada 4 hal yang bisa Anda lakukan :

1.    Buka lapak setelah bubaran shalat Idul Fitri

Jika Anda masih ada stok barang baju atau pakaian Muslim, kenapa tidak mencoba peruntungan menggelar pakaian ketika orang selesai shalat Idul Fitri di pagi hari.  Yang tidak boleh adalah shaum di hari raya 1 Syawal, sedangkan berjualan alias jual beli tidak ada larangan. Jadi masih ada kesempatan untuk meraup keuntungan, gunakan semaksimal mungkin momentum tersebut.

2.    Jadikan silaturahim sebagai niat awal untuk menambah relasi

Salah satu kunci menjemput rezeki adalah dengan banyak-banyak silaturahim alias menambah jaringan Anda.  Setelah selesai dengan niat awal berkunjung ke rumah handai taulan, sanak saudara dan teman, lanjutkan ‘operasi semut’ dari rumah ke rumah.  Pada saat lebaran, biasanya perumahan-perumahan yang ‘tertutup’ dari luar dikarenakan di jaga oleh satpam, begitu lebaran, agak sedikit ‘open’ dengan orang luar.  Sebaiknya Anda punya kenalan di salah satu rumah tersebut untuk mendapatkan referensi ke tetangga-tetangganya.  Sehingga Anda tetap bisa elegan mendatangi ‘orang-orang tidak dikenal’ untuk menawarkan barang dagangan Anda.

3.    Daftar ulang database pelangan Anda

Setelah sekian tahun menggeluti profesi Anda, tentunya Anda punya pelanggan yang bisa Anda datangi.  Salah satu hal termudah dalam penjualan adalah menjual ulang kepada orang yang sudah pernah membeli produk/jasa kita dan mereka puas. Ini bisa juga Anda jadikan mereka sebagai ‘marketer’ freelance Anda.

4.    Gunakan faktor kali

Salah satu yang membedakan antara pedagang grosir dan pedagang eceran adalah faktor kali.  Pedagang eceran cenderung mencari untung banyak, sementara pedagang grosir, mencari untung sedikit tetapi dalam jumlah banyak.

Tidak mengapa Anda menjual lebih murah dari kompetitor Anda yang konsekuensinya untung sedikit, tetapi dalam jumlah banyak.

Itu adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan dalam kondisi insidentil, bagaimana agar tahun depan Anda tidak perlu lagi melakukannya dan pengeloaan keuangan usaha Anda dan keluarga biar bisa lebih tertata dan terjaga.

Berikut beberapa tips dari saya terkait pengaturan keuangan usaha dan keluarga Anda.

1.    Pisahkan keuangan pribadi dan usaha

Salah satu yang membuat pusing pedagang yang tidak berpenghasilan tetap adalah mencampurkan antara keuangan bisnis/dagang dengan keuangan pribadi/keluarga. Mulai sekarang, harus jelas mana peruntukan uang usaha/bisnis dan mana yang buat pribadi/keluarga. Uang usaha digunakan buat usaha, sementara uang pribadi/keluarga diambil dari keuntungan/profit dari usaha yang telah disisihkan dari pos-pos lain seperti dana darurat, dana investasi dan dana operasional.

2.    Buat dana darurat usaha dan pribadi

Salah satu kekurangan dari seorang pedagang dan pengusaha yang penghasilannya tidak tetap adalah ketidakpastian bulan depan apakah masih bisa makan dan melanjutkan usahanya apa tidak. Beda dengan karyawan yang penghasilannya ditentukan tangal dan harinya tiap bulan, pedagang tidak pasti penghasilannya.

Agar pedagang tetap bisa ‘makan dan melanjutkan usahanya’ maka diperlukan dana darurat atau biaya tidak terduga, yakni dana/biaya yang dikeluarkan tanpa Anda tahu kapan harus mengeluarkannya.  Tapi karena sifatnya mendesak, maka biaya ini benar-benar harus dikeluarkan.  Contohnya keuntungan NOL, biaya berobat Anda dan team Anda, biaya sumbangan lingkungan yang resmi, biaya preman, biaya mentraktir teman usaha, saudara yang membutuhkan uang dll.

Untuk usaha dan keluarga, minimal yang Anda siapkan adalah 3 bulan dari estimasi pengeluaran bulanan usaha atau keluarga Anda.

Idealnya, ada dana darurat buat usaha/dagang Anda, dan ada juga dana darurat untuk pribadi/keluarga Anda.

3.    Fokus penjualan

Biaya penjualan adalah biaya yang paling efektif untuk mendatangkan konsumen.  Kita lihat hari ini masih banyak brand-brand ternama tetap beriklan di TV, radio, internet dll walau usaha mereka sudah melebihi setengah abad.  Itu artinya, ada anggaran khusus untuk biaya penjualan.  Tinggal yang perlu dilakukan adalah Tes dan Ukur.  Tes apakah mendatangkan konsumen ke usaha/bisnis Anda dan Ukur, apakah signifikan antara biaya yang Anda keluarkan dan profit yang Anda dapatkan.

4.    Investasi yang pas dan operasional yang cukup

Ibarat dalam pertandingan beladiri, ada kalanya Anda menyerang dan ada kalanya Anda bertahan.  Fokus pada penjualan adalah ‘serangan’ ke konsumen, sementara Investasi yang pas dan operasional yang cukup adalah ‘pertahanan’ dari usaha atau bisnis Anda.

Biaya Investasi adalah biaya yang dibutuhkan untuk menjaga hal yang sifatnya sekali dikeluarkan untuk jangka panjang.  Misalnya Anda yang bergerak di pakaian muslim, maka toko/show room Anda, apakah di dunia offline atau di dunia online harus ada.  Rumah yang Anda tempati sekarang, Ruko yang Anda sewa atau nama domain dan hosting yang Anda sewa setiap tahun adalah Investasi yang harus Anda keluarkan di awal.

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan berkali-kali dalam jangka pendek.  Bisa harian, pekanan atau bulanan. Dalam bisnis pakaian muslim, biaya operasional diantaranya, pembelian bahan baku, barang jadi, transportasi, gaji karyawan, diskon, hadiah, listrik, air, telephone dan sebagainya.

 

Di luar dari itu, ada dana atau Investasi seperti zakatt/sedeqah usaha dan kegiatan sosial lainnya, dana pengembangan usaha, membayar pinjamamn/utang, proeteksi usaha dan gaji Anda sebagai pemilik dari usaha Anda.

Selamat berlebaran dan berusaha secara jangka panjang!

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected]  SMS 0815 1999 4916.

twitter.com/h4r1soulputra
www.p3kcheckup.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement