REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Ratusan pengunjung memadati lokasi pusat Festival Tumbilotohe atau pesta lampu tradisional di Lapangan Taruna Kota Gorontalo, Senin (13/7) malam.
Para pengunjung mengabadikan meriahnya ribuan lampu tradisional berbahan bakar minyak tanah dan minyak kelapa yang ditempatkan berjejer di atas tanah. Sejumlah wisatawan dalam dan luar negeri tak ingin melewatkan tradisi khas Gorontalo tersebut.
"Saya datang dari Bekasi, kebetulan sedang berkunjung ke keluarga di Gorontalo dan mencari waktu yang pas agar bisa menikmati tumbilotohe," kata seorang pengunjung, Wahid Gunawan.
Menurut dia, tradisi tersebut memiliki keunikan yang bisa menggaet wisatawan untuk datang ke daerah tersebut. Festival tersebut dibuka Wali Kota Gorontalo Marten Taha yang diawali dengan sidang adat serta doa bersama di penghujung Ramadhan.
"Tumbilotohe memiliki makna religius, budaya dan adat yang kental dimana lampu-lampu tersebut sebagai simbol bahwa setiap manusia menjadi penerang bagi yang lainnya," ujarnya.
Pemkot Gorontalo menggelar lomba pasang lampu antarkecamatan dan dipusatkan di sejumlah titik seperti Lapangan Taruna, Lapangan Buladu, Jembatan Talumolo I, dan Lapangan Bulotadaa.
Tumbilo berarti memasang atau menyalakan dan tohe adalah lampu. Pada zaman dahulu lampu yang digunakan berbahan bakar getah damar maupun minyak kelapa. Namun saat ini masyarakat menggunakan minyak tanah dan lampu energi listrik untuk memeriahkan tradisi tersebut.