REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar mengungkapkan dampak erupsi Gunung Raung tidak hanya sekadar membicarakan berapa jumlah turis yang pergi dan datang ke Indonesia, khususnya daerah Bali.
Karena menurutnya, sekali ada perubahan, seperti penundaan pesawat akibat erupsi, maka jadwal kedatangan hingga kepergian para turis akan terganggu dan harus dijadwal ulang.
"Pertama, turis yang keluar (pergi) itu harus check out dari hotel. Setelah itu, dia akan ke mana? Dan bila yang datang (turis) itu tertunda, bagaimana dengan hotelnya. Kalau tertunda tentu merubah jadwal semua, hotel, sirkulasi tiket, dan ordinary wisatanya," jelas Asnawi pada Republika, Senin (13/7).
Dia mengatakan, melihat situasi demikian, dirinya telah mengimbau banyak pihak untuk melakukan operasi simpati. Operasi itu dilakukan untuk memantau dan menyediakan tempat untuk para turis, terutama mancanegara, yang batal pulang akibat pesawatnya tertunda. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga citra pariwisata Indonesia.
Asnawi mengaku memaklumi situasi ini karena disebabkan oleh bencana alam. "Tapi kondisi ini memang, jujur saja, membuat kita banyak mendapat masalah, baik dari turis mancanegara, maupun domestik," tambahnya.
Saat ini Asnawi mengatakan dirinya masih memantau perkembangan para turis, terutama yang berada di Bali. Dalam hal ini, pihaknya bekerjasama dengan DPD Bali dan Angkasa Pura. Koordinasi itu dilakukan agar para turis asing, lanjutnya, ketika bandara mulai dioperasikan lagi, bisa segera diberangkatkan ke negara tujuannya.