REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menu racikan para pedagang kakilima (PKL) seringkali tak kalah cita rasanya dengan masakan di hotel-hotel berbintang. Namun, persoalan buruknya keamanan pangan (food safety) masih sering terabaikan.
Santhi Serad, pegiat komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) menyayangkan kuliner Indonesia yang diwakili para PKL masih kurang memperhatikan hal tersebut. “Minimnya knowledge atau pengetahuan masyarakat kita, salah satu penyebabnya,” kata Santhi di sela-sela acara Kafe Solidaritas yang diselenggarakan oleh Partai Solidaritas Indonesia di Pondok Indah Mall Jakarta, kemarin.
Terbukti ada saja PKL yang masih saja mencampur bahan-bahan berbahaya ke dalam makanan, tentunya berdampak buruk bagi kesehatan konsumen. “Begitu pula dengan handling terhadap masakan yang kurang sehat,” ungkap Santhi mengkritisi sejumlah kebiasaan buruk di kalangan PKL.
Tetapi Santhi tidak serta-merta menimpakan semua kesalahan di pundak PKL. Manajemen kota yang buruk turut menyumbang persoalan. Ketersediaan air yang layak untuk dikonsumsi misalnya, membuat tingginya tingkat pencemaran pada asupan makanan yang disajikan PKL. Akar persoalan lainnya bisa jadi bukan di tingkat PKL, tapi pada produsen dan distributor bahan pangan yang pada rantai terakhirnya diolah PKL menjadi produk siap saji.
Santhi mengutip riset berbagai kalangan bahwa lebih dari 80 persen daging ayam yang beredar di ibu kota tidak jelas statusnya. “Artinya daging ayam yang banyak dikonsumsi masyarakat, dan terutama di warung-warung PKL, sumbernya tidak jelas, kita tidak tahu dari mana asalnya,” kata Santhi mewanti-wanti.
Komunitas ACMI sendiri digagas Santhi Serad bersama William Wongso untuk mempromosikan citarasa kuliner Indonesia, baik kepada kalangan anak-anak muda di dalam negeri maupun masyarakat internasional.
Kegiatan untuk mengedukasi masyarakat terhadap keragaman kuliner Indonesia dari Sabang sampai Merauke itu dilakukan antara lain melakui agenda rutin potluck dan culinary sharing. “Di tingkat dunia kami melakukan aksi culinary diplomacy,” tutur Santhi membanggakan komunitasnya.
Santhi sendiri mengakui tidak secara khusus menyasar PKL sebagai bagian dari kegiatan edukasi keragaman pangan Indonesia. Tetapi melalui ACMI banyak anak-anak muda kini makin mencintai kuliner Indonesia, dan penasaran dengan keunikan kuliner dari satu daerah ke daerah lainnya.