REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Perayaan Peh Cun atau hari besar kaum Tionghoa yang dilaksanakan Sabtu (20/6), di Pantai Parangtritis, Bantul, DIY, kurang mendapat perhatian masyarakat. Menyusul penyelenggaraannya bersamaan dengan bulan Ramadhan 1436 H.
Pada perayaan Peh Cun yang tidak bersamaan dengan bulan puasa, selalu banyak pengunjung. Menurut Veni Kenzie, Humas Perayaan Peh Cun, kali ini perayaan digelar sederhana untuk menghormati umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa. "Perayaan Peh Cun kali ini sengaja digelar cukup sederhana untuk menghormati saudara kita umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa," kata Veni Kenzie.
Acara puncak Peh Cun ditandai dengan mendirikan telur tepat pada pukul 12.00 WIB. Pada jam tersebut rentang waktu itu bumi dan matahari berada pada garis yang lurus sehingga gaya gravitasinya sangat tinggi. Telur yang berbentuk oval dapat berdiri karena gravitasi yang sangat tinggi.
"Masyarakat yang akan mencoba mendirikan telur diberi kesempatan seluas-luasnya karena panitia juga menyediakan telur-telur untuk diberdirikan," kata Veni.
Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bantul, Bambang Legowo mengatakan pada bulan Ramadhan, banyak warga yang melaksanakan ibadah puasa. Sehingga mereka enggan untuk berwisata ke pantai pada tengah hari dalam kondisi yang panas.
Meskipun ada perayaan Peh Cun namun tidak bisa menarik wisatawan dalam jumlah cukup banyak. "Bulan suci Ramadhan merupakan titik nadir kunjungan wisatawan. Tak hanya di Bantul namun hampir semua tempat sepi pengunjung," kata Bambang Legowo.
Pada bulan Ramadhan, jelas Bambang, kunjungan wisatawan mengalami penurunan drastis. Jika pada hari biasa petugas retribusi pantai ini bisa mencapai puluhan juta dari pendapatan penjualan tiket. Namun, pada Bulan Ramadan paling banyak hanya bisa mengumpulkan Rp 1,5 juta.
“Puasa-puasa siapa yang mau piknik. Sehari, paling banyak 1.000 orang, itupun sudah bagus,” tandas Bambang.