Kamis 18 Jun 2015 08:36 WIB

11 Rahasia Sukses Novel “Ayat-Ayat Cinta”, Konflik Yang Kuat (bag 2)

Habiburrahman El-Shirazy, penulis novel
Foto: Dokumentasi pribadi
Habiburrahman El-Shirazy, penulis novel "Ayat-Ayat Cinta"

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah lebih 10 tahun, novel “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) yang ditulis oleh Habiburrahman El-Shirazy dan diterbitkan oleh Republika  Penerbit bertengger sebagai salah satu novel Indonesia terlaris. Setidaknya ada 11 rahasia yang membuat novel AAC  sukses dan menjadikan penulisnya sebagai miliarder.

Pertama, orisinalitas. Novel yan ditulis oleh alumnus Al-Azhar University Kairo, Mesir  ini menampilkan sesuatu yang baru dan asli, baik dari segi latar belakang cerita maupun latar belakang tempatnya. Kedua, detilnya yang menggoda.

Kunci sukses ketiga novel AAC  adalah konflik yang kuat.  Misalnya,  ketika Maria menawari Fahri sebuah payung di tengah hari yang terik. Bahkan, ia mengejar langkah Fahri, agar bisa berjalan  sejajar dengannya.

Fahri bertanya-tanya dalam hatinya, ‘’…kenapa dia bersikap sedemikian perhatian padaku. Aku merasa ia seolah-olah menunggu kepulanganku di jalan yang pasti kulewati.’’ (hlm 155) Apalagi saat Maria bertanya kepada Fahri, ‘’Janji sama siapa Fahri, kalau aku boleh tahu?’’ (hlm 155) Seperti ada nada cemburu di dalamnya.

Namun pembaca pun seperti mendapat isyarat bahwa Fahri menaruh hati pada Aisha. Hal itu bisa kita lihat misalnya, saat awal-awal perkenalan Fahri dan Aisha, tepatnya saat keduanya naik Metro bersama. ‘’Kami beranjak ke dekat pintu. Kami berdiri berdekatan. Di kaca pintu metro aku melihat bayanganku sendiri. Sama tingginya dengan Aisha. Mungkin aku lebih tinggi sedikit. Satu atau dua sentimeter saja.’’ (hlm 103)

Di bagian lain, ketika Fahri dan Aisha sudah semakin dekat, suatu hari Aisha bertanya pada Fahri tentang keluarga. ‘’Aisha juga bertanya  apakah aku telah berkeluarga? Setelah selesai master apa yang akan aku kerjakan di Indonesia? Apakah aku akan melanjutkan S.3?’’ (hlm 149)

Namun hingga pertengahan buku (hlm  198 dari 413 hlm buku ini) pembaca belum juga tahu kepada siapa Fahri melabuhkan perasaan cinta sucinya.

 

‘’Seorang perempuan salehah yang akan jadi bidadariku, yang akan aku cintai sepenuh hati dalam hidup dan mati, yang akan aku harapkan jadi teman perjuangan merenda masa depan, dan menapaki jalan Ilahi, itu siapa? Aku tak tahu. Ia masih berada dalam alam ghaib yang belum dibukakan oleh Tuhan untukku….’’

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement