Senin 08 Jun 2015 01:10 WIB

Kesenian Tradisional Diharapkan Dapat Mendukung Pariwisata Yogyakarta

   Sejumlah seniman memainkan kesenian tradisional khas Magelang, Tari Jelantur, di Wonolelo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Ahad (27/5). (Aditya Pradana Putra/Republika)
Sejumlah seniman memainkan kesenian tradisional khas Magelang, Tari Jelantur, di Wonolelo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Ahad (27/5). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengharapkan kesenian tradisional yang berkembang di masyarakat seperti reog dan jathilan bisa mendukung pengembangan industri pariwisata di kota tersebut.

"DIY termasuk Kota Yogyakarta selalu disebut sebagai kota tujuan wisata sehingga membutuhkan objek atau daya tarik wisata untuk menarik wisatawan agar datang berkunjung. Kesenian tradisional ini, bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan agar selalu berkunjung ke Yogyakarta," kata Haryadi di sela pembukaan Festival Reog dan Jathilan di Yogyakarta, Ahad (7/6).

Oleh karena itu, lanjut dia, kesenian tradisional tersebut harus terus dilestarikan dan dikembangkan agar daya tarik wisata ini tidak hilang, salah satunya dengan menggelar festival.

"Setiap kota dan kabupaten perlu memiliki komitmen untuk menjaga dan melestarikan budaya serta kesenian tradisional sebagai bagian dari keistimewaan Yogyakarta," katanya.

Haryadi menyebut, festival itu menjadi kado istimewa bagi Kota Yogyakarta karena diselenggarakan bertepatan dengan hari ulang tahun ke-68 Pemerintah Kota Yogyakarta.

Festival Reog dan Jathilan tingkat DIY yang digelar di halaman Balai Kota Yogyakarta diikuti 12 kelompok, masing-masing enam kelompok reog dan jathilan. Kelompok yang tampil dalam festival tersebut merupakan kelompok terpilih dari tiap kota dan kabupaten di DIY.

Setiap kelompok diberi waktu 20 menit untuk tampil. Kelompok pertama yang tampil adalah kelompok reog dari Kota Yogyakarta yang diwakili kelompok Wira Warungboto.

Kelompok tersebut menampilkan lakon reog yang mengisahkan perjuangan warga Warungboto saat menghadapi penjajah Belanda yang ingin mengusasi wilayah tersebut.

Warga Warungboto baik laki-laki maupun perempuan kemudian bersatu padu berjuang mempertahankan wilayahnya. Kaum laki-laki bersenjatakan tombak, dan perempuan memakai panah.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY Arya Nugraha mengatakan, kegiatan festival reog dan jathilan itu diselenggarakan untuk keenam kalinya.

"Tahun lalu, kegiatan dilakukan di Bantul. Kami berharap, kegiatan ini bisa digunakan sebagai cara melestarikan dan mengenalkan kesenian tradisi ke masyarakat luas, termasuk wisatawan," katanya.

Kesenian reog identik dengan Ponorogo, namun DIY juga memiliki reog dengan keunikan tersendiri yaitu fokus pada gerak baris keprajuritan dan gladi peperangan. Sedangkan jathilan adalah kesenian yang identik dengan keberadaan kuda kepang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement