REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih ingat di dalam benak, bahwa pada tahun 2014 lalu Indonesia mulai fokus mengembangkan industri wisata halal. Akan tetapi, hingga saat ini industri tersebut masih memiliki banyak persoalan.
Salah satunya adalah nama. Banyak nama yang beredar membuat wisata halal itu sendiri belum fokus. Hal ini diungkapkan oleh Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, Sapta Nirwandar.
"Wisata halal itu masih banyak didefinisikan sebagai halal tourism, Isamic tourism, halal holidays, dan macam-macam. Jadi namanya sendiri belum ditentukan secara global," katanya dalam pembukaan Forum Grup Diskusi (FGD) Halal Tourism & Lifestyle 2015 di Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta, Selasa (12/5).
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata Arief Yahya memiliki pendapat pribadi bahwa nama dari wisata halal tersebut harus universal.
"Saya punya usul bagaimana jika namanya berdasarkan Rahmatan Lil Alamin yang artinya rahmat bagi alam semesta. Bisa dengan Universal Tourism," katanya menambahkan dalam sambutannya di tempat yang sama.
Pasalnya, menurutnya wisata halal bukan semerta-merta soal kuliner. Ada industri lain seperti fesyen, finansial, kesehatan dan sebagainya. Kata Universal baginya sudah mewakili seluruh wisatawan yang nantinya akan datang ke Indonesia, baik Muslim maupun non Muslim.