Senin 11 May 2015 13:46 WIB

Anak Indonesia Masih Alami Kekurangan Mikronutrien

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Untuk memastikan anak tidak kekurangan zat besi, orang tua bisa menambahkan bahan makanan kaya zat besi seperti hati ayam juga daging merah.
Foto: baby recipe
Untuk memastikan anak tidak kekurangan zat besi, orang tua bisa menambahkan bahan makanan kaya zat besi seperti hati ayam juga daging merah.

REPUBLIKA.CO.ID, Mikronutrien merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh anak. Diantaranya zat besi, seng, vitamin A, juga kalsium. Sayangnya menurut dr Trevino A. Pakasi, MS, PhD, dokter dari Divisi Kedokteran Keluarga Koordinator Pendidikan, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagian anak Indonesia mengalami defisiensi mikronutrien.

“Walaupun data mengenai kekurangan mikronutrien ini belum ada yang solid. Tapi paling tidak kita bisa lihat dari banyaknya anak yang mengalami anemia yang diasumsikan disebabkan karena kekurangan zat besi,” jelasnya kepada wartawan pada acara Changing a Child’s Life : The Importance of Mikronutrients During Weaning Period, di Jakarta, Senin (11/5).

Angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2013, untuk zat besi anak 7 sampai 11 bulan membutuhkan 7 mg per hari. Angka ini bertambah untuk anak yang lebih tua dari itu. Zat besi ini bisa dipenuhi lewat ASI selama enam bulan pertama.

Namun, setelah usia enam bulan, anak membutuhkan MPASI yang mengandung zat besi. Misalnya nasi tim pakai hati, ayam atau daging merah sebagai sumber zat besi yang paling baik.

“Tapi sayangnya pola pemberian makan orang Indonesia kepada anak-anaknya tidak mencukupi kebutuhan zat gizi. Dampaknya anak mengalami anemia,” tambahnya.

Selain itu, banyaknya anak Indonesia yang mengalami stunting atau bertubuh pendek. Ini juga salah satu faktornya karena kekurangan zat besi. Tidak sedikit anak Indonesia mengalami kasus ini.

Data riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi malnutrisi pada balita dibandingkan tahun sebelumnya. Prevalensi anemia pada balita usia 12 sampai 59 bulan di Indonesia sebesar 28,1 persen yang artinya satu dari empat balita di Indonesia menderita anemia. Data yang sama juga menunjukkan satu dari tiga balita di Indonesia menderita stunting.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement