Selasa 31 Mar 2015 16:19 WIB

Menyoal Keamanan Pangan Transgenik

Makanan yang tidak diproses menggunakan modifikasi genetik biasanya diberi label Non-GMO.
Foto: vegetariantimes
Makanan yang tidak diproses menggunakan modifikasi genetik biasanya diberi label Non-GMO.

REPUBLIKA.CO.ID, Masih penasaran tentang makanan transgenik? Prof. DR. Ir. Ali Khomsan, MS, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor memaparkan seputar bahan pangan ini, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com, dalam bentuk tanya jawab.

Apakah ada bahaya yang ditimbulkan dari pangan transgenik?

Dr. Beatrix Tapesser dari Institute for Applied Technology, Jerman, dengan kritis menyoroti masalah glyphosate.  Dikatakan bahwa glyphosate menduduki peringkat ketiga terburuk sebagai pestisida yang menyebabkan gangguan kesehatan pada petani di California.  Glyphosate menghasilkan fitoestrogen di dalam kacang-kacangan yang dapat mengganggu sistem reproduksi siapapun yang memakannya.

Selain itu, bahaya alergi pada produk pangan transgenik juga perlu diwaspadai. Dalam kasus glyphosate, sebenarnya yang dilakukan adalah memasukkan protein baru ke dalam makanan. Datangnya protein baru ini berpotensi untuk menyebabkan alergi. Pernah dilakukan penelitian untuk membandingkan respons alergi pada konsumen pangan yang dibiakkan secara tradisional dan pangan transgenik, hasilnya menunjukkan bahwa pangan transgenik mengakibatkan insiden alergi yang lebih tinggi.

Kehadiran pangan transgenik memunculkan polemik yang tak berkesudahan. Tujuh supermarket di Eropa telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan menjual pangan rekayasa genetika, hal ini diikuti oleh beberapa industri pangan multinasional. Namun demikian, di AS yang 60 persen produk pangan olahannya dihasilkan dari rekayasa genetika ternyata masih tenang-tenang saja.

Apakah mungkin terjadi perpindahan DNA jika kita mengonsumsi pangan transgenik?

Mereka yang membela pengembangan pangan transgenik mengatakan bahwa kita setiap hari terekspos DNA asing yang berasal dari makanan yang kita konsumsi dan dari mikroorganisme di sekitar lingkungan. DNA bukanlah substansi kimiawi yang bersifat racun.

Tanaman mengandung 20-40.000 gen. Kekhawatiran bahwa DNA dari pangan transgenik akan masuk ke dalam sel manusia mungkin terjadi dan mungkin juga tidak. Tikus percobaan yang diberi DNA bebas dan memang menyebabkan terjadinya transfer DNA pada sel tikus, tetapi apabila DNA tersebut berasal dari makanan tampaknya belum ada bukti yang cukup yang menyatakan terjadinya transfer DNA.

Apakah mengonsumsi makanan transgenik punya dampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang?

Deteksi bahwa pangan transgenik akan menyebabkan penyakit kronis perlu dilakukan untuk menjamin bahwa konsumen tidak semakin menghadapi risiko kesehatan yang tidak diinginkan. Diketahui bahwa penyakit kronis ada yang terkait dengan masalah genetis. Mengingat sulitnya transfer gen dari produk pangan transgenik ke sel manusia, maka kemungkinan pangan transgenik ini sebagai penyebab penyakit kronis menjadi kecil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement