Senin 30 Mar 2015 11:03 WIB

Serunya Wisata Sekaligus Menjaga Keseimbangan Alam di Dusun Kamojang

Salah seorang wisatawan melakukan wisata sekaligus menanam pohon di Dusun Kamojang, Desa Laksana, Kabupaten Bandung,Jawa Barat
Foto: Republika/Hazliansyah
Salah seorang wisatawan melakukan wisata sekaligus menanam pohon di Dusun Kamojang, Desa Laksana, Kabupaten Bandung,Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebagai salah satu desa wisata di Jawa Barat, Dusun Kamojang yang terletak di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memiliki potensi yang beragam. Salah satu yang bisa dilakukan adalah menjadi wali pohon di lahan seluas 2 hektare. 

Program tersebut mengajak wisatawan untuk menanam pohon dan ikut merawatnya secara berkala hingga puluhan tahun. 

"Jadi kalau di kota mengeluarkan C02, disini kita menggantinya dengan produksi gas 02," kata Memet Ibun, Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata sekaligus Pembina Desa Wisata di Desa Laksana, kepada Republika Online (ROL) beberapa waktu lalu. 

Tapi apa menariknya menanam pohon? 

Memet menjelaskan, di Dusun Kamojang rakyatnya sangat bersahaja dengan alam. Kehidupan mereka sangat berkaitan dengan alam. Sehingga menanam pohon pun tidak dilakukan dengan sembarangan, melainkan ada budaya yang bisa dijalankan. 

Pertama, kata Memet, wisatawan bisa memilih jenis pohon yang akan ditanam. Diantaranya seperti pohon Suren, Huru juga Ekaliptus. Semua pohon tersebut adalah jenis endemik dari kawasan Kamojang. 

Penanaman pohon, lanjutnya, bisa dilakukan di lahan yang telah disediakan. Jika sebelumnya lahan penanaman hanya sekitar 0,5 hektare, kini telah diperluas menjadi 2 hektare. 

Saat penanaman pun akan diiringi dengan permainan musik dari alat musik khas Jawa Barat, Karinding. Alat musik ini dimainkan dengan menempelkan ruas tengah karinding yang ditaruh di depan mulut yang agak terbuka. Lalu dipukul atau disentir ujung karinding dengan satu jari hingga bergetar. 

Gerakan vibra itulah yang menghasilkan suara. Namun jenis suara akan bergantung pada rongga mulut, nafas dan lidah dari pemainnya. Sehingga memiliki suara yang berbeda-beda. 

"Dahulu alat musik ini dimainkan para orang tua untuk mengusir hama di sawah. Namun pada perkembanganya terus digunakan, termasuk saat menanam pohon," kata Memet. 

Jika anda mempunyai kepedulian tinggi akan kebutuhan oksigen dan tidak memiliki waktu untuk datang langsung ke Kamojang, anda juga bisa menjadi wali pohon secara virtual. Bekerjasama dengan provider Xl dan ITB, anda bisa menjadi wali pohon dengan cara melakukan registrasi di website Xmart Village. 

Arkav Juliandri selaku General Manager Business Development & Cloud Technology XL mengatakan, melalui website tersebut donatur bisa memilih jenis pohon dan jumlah yang akan ditanam. Setelah memilih, nantinya penduduk desa akan melakukan penanaman untuk anda dan selanjutnya merawat hingga puluhan tahun. 

"Jangan khawatir bagaimana merawatnya, karena itu menjadi tugas kami bersama penduduk desa. Nantinya perkembangan dan pertumbuhan yang ditanam akan dilaporkan melalui website," kata dia. 

Program ini, lanjut Arkav, sangat diminati oleh masyarakat. Tidak hanya dari Indonesia, namun juga mancanegara. 

"Karena banyak orang di luar sana yang peduli bahwa Indonesia harus menjadi paru-paru dunia. Bahkan ada orang dari Jerman yang telah mengikuti program ini," kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement