REPUBLIKA.CO.ID, Terpajan polusi udara di dalam perut mungkin buruk buat otak anak dan bisa mempengaruhi kecepatan kemampuan memproses serta menimbulkan masalah perilaku, termasuk gejala gangguan hiperaktif kemerosotan perhatian (ADHD).
Satu studi pencitraan atas 40 anak, yang disiarkan di jurnal AS JAMA Psychiatry pada Rabu (24/3), dipusatkan pada polyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), zat beracun pencemar udara akibat asap buangan kendaraan, pembakaran batu bara dan rokok. PAHs dapat melewati plasenta dan mempengaruhi otak anak yang belum dilahirkan dan percobaan pada hewan memperlihatkan terpajan sebelum kelahiran merusak perilaku dan kemampuan belajar, kata para peneliti dari Children's Hospital Los Angeles (CHLA) dan Columbia University.
Untuk meneliti dampak pemajaan PAHs atas susunan otak, mereka melakukan studi pencitraan yang meliputi 40 anak usia sekolah di kota yang dilahirkan dari perempuan Latin atau Afrika Amerika di New York City. Perkembangan anak-anak itu diikuti mulai dari sebelum dilahirkan sampai usia tujuh hingga sembilan tahun dan ibu mereka menuntaskan pemantauan PAHs sebelum kelahiran serta daftar pertanyaan pra-kelahiran.
"Temuan kami menunjukkan PAHs mempengrauhi ADHD dan masalah prilaku lain akibat dampak yang mengganggu dari bahan polusi tersebut pada awal perkembangan otak," kata pemimpin peneliti Bradley Peterson, Direktur Institute for the Developing Mind di CHLA.
Studi tersebut menemukan hubungan sangat kuat antara peningkatan pemajaan PAHs sebelum kelahiran dan berkurangnya hampir seluruh permukaan zat putih di bagian kiri otak. Berkurangnya permukaan zat putih di sisi kiri otak berkaitan dengan melambatnya pemrosesan informasi selama uji-coba kecerdasan dan masalah perilaku yang lebih parah, termasuk ADHD dan sifat agresif, kata para peneliti itu.
Peterson mengatakan temuan dalam studi tersebut terbatas pada kalangan anak kecil dengan tingkat kemiskinan tinggi dan perolehan pendidikan rendah, dan oleh karena itu tak bisa digeneralisasi ke penduduk lain, walaupun populasi anak kota yang miskin secara tak proporsional terpajan zat pencemar udara.
Meskipun ukuran studi awal itu terbatas, para peneliti tersebut saat ini melakukan studi yang jauh lebih besar untuk mempertegas dan menambah luas temuan mereka.
"Temuan kami menimbulkan keprihatinan mengenai dampak polusi udara pada perkembangan otak anak, dan konsekuensi dampak otak itu pada kemampuan kognitif serta prilaku," kata Peterson. "Jika terbukti, temuan kami memiliki dampak kesehatan masyarakat yang penting, mengingat PAH ada di mana-mana pada polusi udara ... ."
Sebelumnya, beberapa peneliti Columbia University melaporkan bahwa terpajan pada PAH udara selama kehamilan berkaitan dengan banyaknya gangguan perkembangan syaraf, termasuk tertundanya perkembangan pada usia tiga tahun, berkurangnya IQ verbal pada usia lima tahun, dan gejala kecemasan serta depresi pada usia tujuh tahun.