REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut penelitian yang dilakukan Amerika Serikat, wanita yang hamil lagi kurang dari 18 bulan setelah memiliki anak cenderung memiliki waktu kehamilan yang pendek atau mengalami kelahiran prematur.
Melalui penelitian ini para penulis menghimbau supaya wanita perlu diberikan pendididik tentang pentingnya jarak kelahiran untuk membantu mengurangi tingkat kelahiran prematur dan masalah kesehatan.
"Penelitian ini memiliki dampak yang potensial untuk mengurangi tingkat kelahiran prematur di seluruh dunia melalui konseling tentang pentingnya jarak kelahiran yang memadai. Penelitian ini berfokus pada wanita yang diketahui berisiko tinggi untuk mengalami kelahiran prematur," kata penulis studi Emily DeFranco, asisten profesor kedokteran ibu dan janin di University of Cincinnati College of Medicine, dikutip dari www.parentsindonesia.com.
Pada penelitian ini para peneliti memeriksa 455.000 data kelahiran milik Departemen Kesehatan Ohio untuk melihat bagaimana jarak kelahiran mampu memengaruhi durasi kehamilan. Para wanita dalam penelitian ini rata-rata memiliki dua kehamilan atau lebih dalam waktu enam tahun.
Mereka yang memiliki waktu singkat antara kelahiran dan kehamilan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu yang menunggu kurang dari 12 bulan sebelum hamil lagi dan ibu yang menunggu antara 12 sampai 18 bulan. Para wanita ini kemudian dibandingkan dengan wanita yang menunggu sampai 18 bulan atau lebih.
Penelitian ini menemukan bahwa wanita yang jarak antara melahirkan dan kehamilannya pendek lebih mungkin melahirkan sebelum usia kehamilan mencapai 39 minggu dibandingkan dengan perempuan yang menunggu lebih lama. Secara keseluruhan, wanita yang menunggu setidaknya 18 bulan memiliki tingkat kelahiran prematur yang rendah.
Para penulis penelitian juga menemukan bahwa perempuan kulit hitam cenderung memiliki interval kelahiran dan kehamilan yang pendek dibandingkan dengan perempuan lain. Kelahiran prematur juga lebih umum terjadi di kalangan perempuan kulit hitam yang rata-rata menunggu kurang dari 12 bulan antara waktu melahirkan dan kehamilan.
Secara umum, peneliti menyatakan perempuan kulit hitam memiliki tingkat kelahiran prematur yang lebih tinggi. Para peneliti juga menyimpulkan bahwa ras mungkin menjadi faktor penentu kelahiran prematur, terlepas dari jarak kelahiran. Studi ini dipublikasikan 4 Januari 2014 di Journal of Obstetrics and Gynaecology.