Sabtu 21 Mar 2015 12:48 WIB

Menanti Bentuk Asli Keraton Ratu Boko

Rep: C97/ Red: Bayu Hermawan
Kompleks Kraton Ratu Boko
Kompleks Kraton Ratu Boko

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tepat berada di atas kawasan perbukitan Prambanan, Desa Bokoharjo dan Sambirejo, Prambanan, Sleman, terdapat sebuah situs peninggalan purbakala masa kerajaan pra Nusantara. Dari lokasi tersebut, megahnya Prambanan dan hampir seluruh bagian kota Jogja dapat terlihat.

Bahkan pada sore hari pemandangannya akan jauh lebih indah. Matahari tenggelam dilanjutkan dengan pertunjukan hamparan bintang langit jawa. Pantas saja sang Raja Boko memilih lokasi tersebut sebagai tempat tinggalnya.

Saat ini istana nan anggun itu lebih dikenal dengan sebutan Candi Boko. Namun menurut Techno Arkeolog Boko, Sabar, sebutan tersebut sebetulnya kurang tepat. Bahkan ia tak sungkan untuk mengoreksi ketidaktahuan para pengunjung.

"Maaf. Ini bukan candi, tapi Keraton Boko," ujarnya sambil tersenyum sopan.

Sabar menjelaskan ada beberapa versi mengenai asal usul Keraton di atas bukit itu. Tapi yang paling unik dan terkenal adalah keberadaan keraton sebagai tempat pertahanan dan perlindungan bagi sang raja.

Dikisahkan Raja Boko adalah penguasa salah satu kerajaan jawa yang kejam. Ia memiliki hobi yang mengerikan, yaitu memakan daging manusia.

Karena kesadisannya, lambat laun ia merasa terancam. Sehingga harus mendirikan istana untuk pertahanan dan perlindungan. Menurut Sabar, Boko masih memiliki hubungan kerabatan dengan Bandung Bondowoso.

Pemuda yang menaklukan kerajaannya dalam perang perebutan kekuasaan. Maka itu, Keraton Boko dan Candi Prambanan memiliki ikatan yang khas sebagai dua bangunan.

Legenda menceritakan bahwa Prambanan sendiri dibangun oleh Bandung Bondowoso untuk meminang Putri Roro Jongrang (anak perempuan Boko). Namun karena sang putri menolak dan melakukan tipu muslihat, akhirnya Bandung mengkutuknya menjadi patung.

Di luar cerita rakyat itu, sebenarnya Prambanan dan Keraton Boko memiliki karakteristik yang berbeda. Sabar menyampaikan bahwa motif istana Boko sangat minimalis. Bahkan cenderung tidak memiliki relief.

Sedangkan Prambanan memiliki relief yang sangat rumit. Sehingga untuk memperbaikinya usai gempa Jogja saja, seluruh area candi harus ditutup. Secara keseluruhan bentuk Keraton Boko sekarang masih berupa pagar memanjang dengan gerbang utama di sebelah barat.

Kesederhanaan ini pulalah yang membuat proses pemugaran Keraton Boko jadi lebih mudah. Mulai dari proses ekskavasi (penggalian) sampai pembangunan kembali batuan keraton, semuanya dilalui dengan prosedur yang tidak terlalu rumit.

Sabar menjelaskan, ada beberapa bagian bangunan yang belum ditemukan. Karena itu, untuk menambal dan menyambungkannya digunakan batu putih (tuf).

"Batu putih ini memang lebih mudah rusak. Tapi cocok digunakan disini, sebab tidak ada relief yang rumit. Kalau ada relief, harus pakai batu andesit," kata Sabar.

Bahan perekat batuan di Istana Boko cukup sederhana juga, yaitu hanya pasir dan tanah liat. Meskipun proses pemugaran terus berlanjut. Hingga sekarang bentuk utuh Keraton Boko masih menjadi misteri.

Bahkan luas istana sebenarnya pun masih dicari tahu. Sabar menuturkan bahwa Keraton terdiri dari beberapa bagian.

Salah satunya lorong, aula, dan paseban. Masing-masingnya diperkirakan memiliki area yang cukup luas dengan bangunan tinggi. Ketinggian pagar versi aslinya diyakini mencapai 310 cm. Sekarang yang akan dibangun kembali hanya 120 cm.

Penggalian yang dilaksanakan dalam periode 16 Maret hingga 28 Juni itu dipusatkan di sisi kanan dan kiri gerbang utama. Sejumlah batuan yang telah ditemukan kemudian dipindahkan ke bagian selatan Keraton.

Di sana para ahli menganalisis bongkahan benda bersejarah itu, untuk menentukan bentuk dan sambungan alas pakunya. Lalu disusun dan disimpan di tempat seharusnya ia berdiri.

Penyusunan kembali bagian bangunan keraton bagaikan kegiatan menyusun puzzle. Hanya saja medianya berupa batu tiga dimensi. Tanpa keahlian khusus tentu saja hal tersebut sulit dilakukan. Sebab bentuk batu sendiri sudah hampir tak dapat dikenali. Tampak seperti batuan biasa saja.

"Karena tidak tahu dan dianggap batu biasa, dulu masyarakat sering mengambil batu dari sini untuk pondasi rumah," ujarnya.

Hingga saat ini yang baru ditemukan dari Keraton Boko hanyalah dua gapura utama, jalan bertangga dan benteng. Karenanya dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membangun kembali bentuk utuh dari istana ayah Roro Jongrang itu. 

Walaupun begitu, keindahan panorama Istana Boko tidak luntur sedikitpun. Bahkan akan lebih mempesona dari waktu ke waktu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement