REPUBLIKA.CO.ID, Makanan adalah penyambung hidup manusia. Tanpanya, manusia tidak bisa bertahan hidup. Apa yang dimakan juga menjadi cerminan hidup suatu masyarakat.
Sejawaran JJ Rizal mengatakan dalam sejarahnya Bung Karno dinilai sebagai presiden yang mungkin paling menganggap penting kuliner. Bukan berarti Bung Karno doyan makan, tapi karena ia pernah memerintahkan dibuatnya buku Mustikarasa yang berisi dokumentasi resep-resep Nusantara.
''Mustikarasa digagas tahun 1959, ia memprediksi Indonesia akan mengalami krisis pangan sehingga isi pertama buku ini seputar pangan alternatif beras,'' ungkap JJ Rizal saat berbicara dalam diskusi 'Tantangan Kuliner Nusantara untuk Masuki Peta Kuliner Dunia', kemarin (5/3). JJ menambahkan, sebagai narasumber Sukarno memerintahkan seluruh istri walikota hingga lurah untuk mengirimkan resep daerahnya. Apabila ada yang dirasa kurang, wawancara tambahan dilakukan lewat telepon.
Sebanyak lebih dari 1.000 resep ada di buku Mustikarasa. Sementara proses pengerjaannya menghabiskan waktu tujuh tahun.
''Buku ini bukti kalau makanan adalah bagian dari identitas bangsa,'' ujar JJ. Katanya lagi, Sukarno pada saat itu paham betul bahwa kuliner juga bisa menjadi upaya politik dalam mempertahankan pangan bangsa.
Indonesia memang negara dengan kekayaan kuliner yang beragam. Uniknya, JJ mengatakan kuliner yang kini lestari justru merupakan makanan yang zaman dahulu lekat dengan rakyat jelata. Melalui sumber tertua yang bisa ditemukan tentang makanan, yaitu lontar Kakawin Ramayana, ditemukan cerita mengenai kebiasaan makan para kera (prajurit) usai pulang berperang. Makanan seperti pindang, gulay, hasem-haseman, lawar, biasa tersaji untuk wong cilik tersebut.
Di lontar tertera pula tentang Rajamansa atau makanan para raja, seperti tuak siddhu, badawang, baning, wdus gunting, hingga karung pulih. ''Makanan-makanan ini kini tidak dikenal, tidak ada yang tahu. Ketika membuka buku resep, makanan para raja juga tidak pernah dicantumkan. Makanan rakyatlah yang terus lestari. Sedang makanan raja itu tidak berjejak.''