REPUBLIKA.CO.ID, Makanan asli Indonesia perlahan mulai populer di dunia. Bermula dari rendang, berlanjut hingga nasi goreng dan bakso. Kepopuleran kuliner Tanah Air tapi ternyata belum menyentuh para petinggi negara ini.
Pakar dan praktisi kuliner William Wongso mengatakan jamuan kenegaraan yang digelar presiden bagi tamu negara belum digarap dengan baik dari sisi kuliner. Sebagai bukti, Istana disebutnya lebih memilih menyajikan steak ala barat pada presiden negara asing ketimbang menyuguhi nasi minyak ala Jambi, pempek, atau sup buntut.
''Di sana tidak pernah ada jamuan kenegaraan dengan menu yang baik,'' ujar William, dalam diskusi 'Tantangan Kuliner Nusantara untuk Masuki Peta Kuliner Dunia', kemarin (5/3). Menurut William, pemerintah seakan masih belum percaya diri untuk menyuguhkan kuliner Indonesia ke hadapan tamu negara. Kuliner pun dipandang belum penting sebagai bagian dari budaya bangsa.
Upaya meletakkan kuliner Tanah Air ke ranah global diakui William masih panjang. Baru sejak tahun lalu Indonesia memiliki sekolah kejuruan masak yang fokus pada kuliner Indonesia, yakni SMK 1 Kudus. Padahal 130 perwakilan Indonesia di dunia membutuhkan jasa juru masak yang andal mengolah kuliner Indonesia. William memperkirakan dari seluruh KBRI dan Konjen Indonesia mungkin baru 1 persen yang memiliki juru masak profesional yang bisa memasak kuliner Indonesia.
Pada zaman Mari Elka Pangestu menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebanyak 30 makanan diangkat sebagai makanan ikonik Indonesia. Ketika era Joko Widodo dan ekonomi kreatif dihilangkan dari Kementerian Pariwisata, William tidak tahu apakah program makanan ikonik Indonesia masih akan berlanjut.
''Saya berharap pemerintah, Jokowi, peduli kuliner Indonesia. Peduli makanan kaki lima kita. Keragama kuliner kita sangat luar biasa, daerah yang secara geografis dekat bisa memiliki kuliner yang jauh berbeda. Saya berharap itu bisa jadi perhatian,'' katanya.
William mengatakan, diperlukan strategi yang total untuk bisa meletakkan kuliner Indonesia ke peta kuliner dunia. Saat ini makanan sayangnya masih dipandang sebagai sesuatu di atas piring saja. Belum dilihat sebagai warisan budaya yang bisa meningkatkan ekonomi negeri.