Kamis 05 Mar 2015 21:43 WIB

Restoran Indonesia di Mancanegara Kurang Populer

Pakar kuliner William Wongso
Foto: Republika/Rakhmawaty Lalang
Pakar kuliner William Wongso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Kuliner William Wongso mengaku, sulit memperoleh bahan baku untuk bumbu-bumbu otentik Indonesia di luar negeri, padahal bumbu dan bahan otentik itu membuat makanan memberikan cita rasa khas pada masakan yang tidak bisa tergantikan. Di luar negeri, contohnya, jahenya hibrida berukuran besar dan bukan jahe Indonesia yang kecil-kecil.

Bahan bumbu Indonesia lebih baik dibandingkan bahan lainnya di luar negeri untuk membuat makanan, katanya.

Untuk mempertahankan cita rasa makanan Indonesia di hotel dan restoran Indonesia di luar negeri, ekspor bumbu otentik Indonesia sangat diperlukan karena rasa khas makanan Indonesia yang kaya rempah tidak dapat digantikan dengan bumbu lainnya dari negara lain.

Lebih lanjut, ia mengatakan restoran Indonesia di luar negeri berada di tempat-tempat yang tidak mewah, dan berada di lingkungan tempat tinggal warga Indonesia yang berada di luar negeri, sehingga keberadaannya kurang populer di mata warga negara lain.

Untuk itu, katanya, pemerintah harus fokus pada pengembangan restoran masakan Indonesia di mancanegara untuk memperkenalkan makanan bangsa ke luar negeri. Selain itu, sektor pendidikan juga harus mendukung pelestarian kuliner Indonesia sebagai budaya bangsa dan mendidik juru masak profesional yang tahu rasa asli dari masakan Indonesia.

"Di SMK 90 persen masakan yang dipelajari itu masakan non Indonesia," kata William. Menurutnya, juru masak luar negeri yang mendalami masakan Indonesia datang ke daerah asal makanan itu hanya untuk mengetahui pengolahannya di daerah asal dan mengetahui rasa aslinya.

Untuk itu, lanjutnya, orang Indonesia harus memiliki ketertarikan atau minat untuk mengenal lebih dalam seluk belum makanan Indonesia, terutama juru masak agar tidak kalah unggul dengan juru masak luar negeri dalam memasak dan menyajikan menu makanan Indonesia.

"Orang yang masak sendiri tahu tidak bagaimana rasa asli makanan itu," katanya.

Ia mengatakan kuliner sebagai budaya bangsa harus dipertahankan dengan mencintai dan mempelajari cerita di balik lahirnya makanan khas itu. "Makanan kan tidak cuma masalah enak tidak enaknya tapi harus diceritakan supaya orang lain tahu dan ingin tahu bagaimana sebenarnya rasanya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement