Kamis 05 Mar 2015 10:02 WIB

Mendeteksi Disleksia Pada Anak

Sejumlah anak membaca buku saat penyuluhan Hidden Park di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Tanjung, Jakarta Selatan, Ahad (7/9). (Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah anak membaca buku saat penyuluhan Hidden Park di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Tanjung, Jakarta Selatan, Ahad (7/9). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak. Disleksia merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak. Secara global kasus disleksia berkisar antara 5 - 17 persen pada anak usia sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan sekitar 80 persen penderita gangguan belajar usia sekolah mengalami disleksia. Uniknya,  angka kasus disleksia lebih tinggi dialami oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingannya berkisar 2 berbanding 1 sampai 5 berbanding 1.

Dikutip dari www.parentsindonesia.com, pada anak usia prasekolah, adanya riwayat disleksia ditandai dengan tidak terdengar bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan mengenal huruf). Disleksia juga bisa ditelusuri dari riwayat keluarga yang menderita disleksia.

Pada anak usia sekolah, seringkali orang tua dan guru tidak menyadari bahwa anak mengalami kesulitan membaca. Anak disleksia pasti akan terlambat berbicara, tidak bisa mengenal huruf di taman kanak-kanak, dan tidak bisa membaca saat sekolah dasar.

Jika hal ini tidak terdeteksi anak tersebut akan tertinggal dalam pelajaran. Namun pada sisi kecerdasan, anak disleksia tidak berarti di bawah rata-rata. Hal inilah yang membuat guru dan orang tua heran mengapa anak dengan tingkat kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca.

Anak disleksia yang terus diajarkan membaca secara khusus, biasanya akan dapat membaca tetapi lebih lambat. Namun dia tetap tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat.

Tes membaca

Untuk mengetahui apakah anak menderita disleksia atau tidak bisa dilakukan dengan tes. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisis fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.

Pada anak usia sekolah, salah satu tes untuk menilai apakah anak dapat menganalisis kata adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).

Anda sebaiknya mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang sesuai dengan usianya. Jika anak mengalami kesulitan membaca segera hubungi dokter anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement