Rabu 25 Feb 2015 14:11 WIB

Kasus Anak Dibunuh Ayah, Psikolog: Ortu Memang Harus Sabar

Rep: MG ROL 32/ Red: Indira Rezkisari
Anak menangis (ilustrasi)
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Anak menangis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pembunuhan Kasih Ramadhani, bocah perempuan berumur 7 tahun oleh ayahnya sendiri di Malang, Jatim, mengejutkan semua orang. Meski bukan berita baru, kematian anak atas perilaku ayahnya sendiri tetap saja membuat siapa pun prihatin.

Kasih bukan dibunuh karena sang ayah dendam. Deni (30), ayah Kasih, kesal karena pulang kerja menemukan anak-anaknya bertengkar. Amarah yang tak bisa diredam mengakibatkan kematian salah satu putrinya.

Menurut psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, kurang sabarnya orang tua menjadi penyebab utama dalam kasus ini. "Sebagai orang tua seharusnya dapat lebih sabar dalam mengasuh anaknya saat anaknya berulah. Dan mengendalikan emosi sangat diperlukan," ujar dia.

Selain itu, faktor ketidakpahaman orang tua terhadap tumbuh kembang anaknya pun menjadi salah satu masalahnya. "Seharusnya orang tua mengetahui fase pertumbuhan anak, sehingga dapat secara tepat dalam mengatasi kenakalannya," ujarnya.

Kasih dan kakaknya, yang berusia 8 tahun, ketika itu bertengkar gara-gara masalah pakaian.

Vera mengatakan orang tua sangat perlu bisa mengendalikan emosi terhadap anaknya. Sehingga anak tidak menerima tindakan yang merugikan dari orang tuanya. "Seperti kasus yang di Malang, sampai membunuh anaknya ya, dikarenakan ketidaksabaran ayahnya dan tidak bisa mengendalikan emosinya," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement