REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Menjaga tradisi keluarga. Hanya itu yang bisa dinyatakan Yenyen (55 tahun), seorang perajin kue keranjang di Kabupaten Ciamis untuk menerangkan alasan ia dan keluarganya masih menggeluti usaha tersebut. Ia masih setia memproduksi kue keranjang, terutama untuk perayaan tahun baru Imlek.
Kue yang identik dengan perayaan Imlek tersebut memang tidak rutin ia produksi. Kue tersebut hanya diproduksi selama 15 hari jelang festival imlek. “Awalnya orang tua saya memang sering membuat kue keranjang sejak 1960-an,” kenang Yenyen.
Dahulu, orang tuanya memproduksi kue keranjang dalam skala kecil dan tidak untuk komersil. Kue keranjang tersebut dibagi-bagikan ke sanak saudara dan beberapa kerabat. Lama-kelamaan, kue keranjang itu pun mulai mendapatkan pamor dan menarik pelanggan.
Ia mengaku, pelanggannya kebanyakan berasal dari Ciamis dan daerah sekitarnya seperti Tasikmalaya. Bahkan, kata Yenyen, ia juga menerima pesanan kue keranjang dari Bandung.
Selain mempertahankan tradisi, Yenyen juga meneruskan estafet resep keluarga dalam membuat kue keranjang. Ia mengaku terus menjaga resep yang diwariskan secara turun-temurun tersebut dan bertahan untuk tidak menggunakan bahan pengawet. Menurutnya, upaya tersebut mampu menjaga kepercayaan pelanggan akan kualitas kue keranjang buatannya.
Kue keranjang yang ia produksi mampu bertahan hingga tujuh hari. Karena tidak menggunakan bahan pengawet, kue buatannya biasanya akan lebih cepat berjamur. Akan tetapi, hal itu bisa diatasi dengan memotong bagian yang sudah berjamur tersebut.
Dalam memproduksi kue keranjang, Yenyen mengaku hanya menggunakan bahan baku ketan dan gula. Campuran bahan-bahan tersebut dimasak dalam kuali besar selama delapan jam. Setelah itu, baru kue keranjang akan dicetak dalam wadah bundar dan didinginkan.
Selama masa produksi, Yenyen bisa membuat kue keranjang sebanyak 90 kilogram per hari. Kepada pelanggannya, ia menjual kue keranjang dengan harga Rp 28 ribu per kilogram. Tahun lalu, ia menjual kue keranjang hingga dua ton. Dia mengatakan, produksi kuenya bergantung pesanan. “Kalau ada yang pesan baru dibuat,” ujar Yenyen.