REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pariwisata Arief Yahya berharap eksekusi mati yang akan dilakukan terhadap dua WNA asal Australia tak berdampak pada pariwisata Indonesia.
Ia menilai sektor pariwisata merupakan bentuk hubungan sosial dan budaya antara masyarakat Indonesia dan Australia.
"Kalau pariwisata itu basisnya adalah people to people bukan government to government," kata Arief di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (16/2).
Lanjutnya, keputusan eksekusi mati yang tengah diintervensi oleh Australia itu pun merupakan permasalahan antar pemerintah. Sehingga, ia berharap hal ini tak akan berdampak pada kunjungan wisatawan ke Indonesia.
Arief pun mengibaratkan kondisi ini dengan pertengkaran antar orang tua yang tak akan mempengaruhi hubungan antar anak mereka. "Sehingga diharapkan kalau ada orang tua berantem, anaknya masih mainan ga? Masih main bersama. Diharapkan begitu," katanya.
Berdasarkan data yang ia miliki, jumlah wisatawan Australia saat ini tercatat mencapai satu juta orang. Ia pun menargetkan jumlah wisatawan asal Australia tahun ini dapat meningkat menjadi 1,2 juta.
Seperti diketahui, pemerintah hingga kini masih bersikap tegas terkait putusan eksekusi mati dua warga Australia yang tergabung dalam Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah Australia meningkatkan intervensi diplomatiknya terkait putusan hukuman mati ini.
Mereka mendesak pemerintah Indonesia untuk membatalkan eksekusi mati tersebut. Bahkan, pemerintah Australia pun telah melontarkan ancaman kepada Indonesia.
Mereka menyebut warga Australia dapat memboikot pariwisata di Indonesia jika eksekusi mati dilakukan terhadap dua warganya. Namun, hingga kini, Indonesia masih bersikukuh untuk melaksanakan eksekusi mati. Pasalnya, tindakan para narapidana yang telah menyelundupkan heroin di Indonesia ini dinilai sangat merugikan dan membahayakan Indonesia.