REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kopi arabika milik pekebun rakyat Kintamani, Kabupaten Bangli memiliki kualitas lebih baik sehingga bisa masuk komoditas unggulan nasional dari 15 matadagangan prioritas yang ditetapkan secara nasional.
"Kopi arabika Kintamani telah mendapatkan sertifikat IG (Indikasi Geografis), memang memiliki beberapa keunggulan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir. IDM Buana Duwuran M.P di Denpasar Senin (16/2).
Ia mengatakan, kopi arabika yang tumbuh di kawasan wisata Kintamani itu memiliki sejumlah keunggulan yang sudah diakui oleh konsumen, diantaranya menyangkut citarasa yang khas, tahan hama penyakit, berbuah lebat serta produktivitasnya cukup tinggi.
Dengan masuknya kopi arabika Kintamani sebagai komoditas unggulan nasional, berdampak terhadap prospek pengembangan komoditas tersebut di masa mendatang, disamping saat ini sudah menjadi matadagangan ekspor ke Jepang, Eropa dan sejumlah negara lainnya.
Buana Duwuran menambahkan, banyak hal positif bisa dinikmati petani pekebun dengan masuknya kopi arabika Kintamani menjadi unggulan komoditas nasional, kata Buana Duwuran sambil menyebutkan bahwa di Indonesia ada delapan provinsi yang dijadikan kawasan pengembangan komoditas unggulan nasional meliputi 15 komoditas.
Selain kopi arabika Kinamani untuk Bali, ada tanaman teh, kakao, karet, kelapa sawit, kelapa serta komoditas lainnya. Mengenai luas wilayah khusus untuk kopi arabika Kintamani, Bali meliputi 64 wilayah subak abian.
Dengan adanya pengembangan kawasan komoditas unggulan itu, diharapkan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun penggunaan aset alat mesin, termasuk pendayagunaan sumber daya tanaman diharapkan akan terkelola lebih baik.
Menyinggung potensi sumber daya lahan (luas areal kopi arabika) di daerah Bali, menurut Buana Duwuran, untuk Buleleng tercatat 2.714 hektare dengan produksi 932 ton, Bangli 6.600 ha menghasilkan 2.477 ton, kabupaten Badung 1.413 ha produksi 531 ton.