REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Ito Sumardi mengatakan, Myanmar merupakan market masa (pasar) ekspor masa depan yang bisa dimanfaatkan.
Pasalnya, pemerintah Myanmar saat ini sudah terbuka setelah sebelumnya negara ini sangat tertutup bagi dunia luar.
"Myanmar merupakan salah satu target tahun ini agar banyak wisatawan yang datang ke Yogyakarta," ujar dia, usai acara Ammbassadors Go to Jogja With Love di Hotel Eastparc Yogyakarta, Selasa (10/2).
Banyak yang akan ditawarkan pada masyarakat Myanmar, tentang produk yang dimiliki Yogyakarta dan menjadi ciri khas. Beberapa produk tersebut antara lain batik, kerajinan tangan dan pariwisata. Bahkan pada 21-22 Maret mendatang akan diadakan pameran batik transportation yang merupakan pameran batik terbesar. Dia mengakui pameran tersebut salah satu tujuannya untuk menarik wisatawan ke Yogyakarta.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, sekitar 90 persen penduduk Myanmar beragama Buddha. Keadaan tesebut menjadi peluang bagi Yogyakarta dalam peningkatan wisatawan asal Myanmar ke Yogyakarta dengan adanya Candi Borubudur. Pasalnya, Borobudur bukan hanya dipandang sebagai artefak namun lebih dari itu.
"Kalau di Islam seperti Kabah, dan ini akan kita dorong sebagai wisata religi," katanya.
Dengan demikian, wisatawan asal Myanmar bisa lebih mengenal dengan Yogyakarta yang selama ini diakui hanya mengenal Bali. Dalam waktu dekat, akan mengundang Assotiation of the Indonesia Tours & Travels Agencies (ASITA) Myanmar ke Indonesia.